Farihah namanya, gadis kecil dengan lesung pipit di kedua
pipinya harusnya menjadi anak yang ceria. Ya, dalam Bahasa Arab, Farihah
bermakna perempuang yang bahagia. Ayahnya berharap, anak ke tiganya ini kelak
menjadi orang yang selalu berbahagia. Meski hingga kini, kemiskinan yang terus
menghantui di keluarga mereka.
Sebagai buruh bangunan, menghidupi lima anak di kota
metropolitan adalah terus bermimpi, satu saat kesenangan hidup akan menyapa
mereka. Bersyukur, mandor tempatnya bekerja masih terhitung kerabat sehingga
memberikan satu petak kontrakannya untuk ditempati Hamid, ayah Farihah. Paling
tidak, satu kesulitan teratasi. Walau harus tidur berhimpitan, paling tidak
mereka punya tempat tinggal.
Seperti biasa, pagi itu Farihah diminta ibunya untuk membeli
ketan sebagai sarapan. Ketan kukus yang diberi parutan kelapa selalu menjadi
menu pagi mereka. Selain harganya murah, satu ketan berukuran besar itu sudah
cukup mengenyangkan mereka.
Dengan berlari santai, Farihah bergegas menuju warung Kakek
Yasin. Di sana selalu tersedia aneka penganan yang sangat menggoda mata dan
selera. Sayangnya, uang lima ribu di tangan hanya cukup untuk membeli lima buah
ketan.
Sesampainya di warung, matanya membulat melihat warna warni
makanan di atas meja. Tanpa kakek Yasin tahu, tangan Farihah cekatan mengambil
dua ketan tambahan ke dalam plastik belanjanya. Di rumah, kalau ibunya bertanya
kenapa ketan berjumlah tujuh, Farihah akan menjawab,”Kakek Yasin baik Bu.”
Sepandai-pandai tupai melompat, pasti jatuh juga. Itu pula
yang terjadi pada Farihah. Rupanya kakek Yasin sudah mengamati gelagat Farihah
selama ini. Satu pagi, setelah selesai belanja, Farihah dicegat kakek Yasin.
Lelaki tua itu tidak banyak bicara, hanya mengambil plastik yang dibawa Farihah
dan mengeluarkan kembali dua ketan curian.
“Ampun
Kek, saya minta maaf.” Farihah berutut meminta maaf. Air mata sudah mengalir di
matanya.
Kakek Yasin tidak mengatakan apa-apa dan hanya memukul pelan
tangan Farihah. Di warung, Zaki sang cucu hanya terbengong melihat apa yang
terjadi. Zaki adalah teman sekolah Farihah, dia sangat tahu kondisi keluarga
Farihah.
Farihah berlari membawa plastik berisi ketan, hatinya sedih
karena dia tahu, ayah dan ibu pagi ini tidak akan sarapan. Farihah mencuri demi
ayah dan ibu. Dia tahu dia salah, tapi dia tidak tega melihat orang tuanya
selalu mengalah demi anak-anak.
===
Sepekan sudah Farihah tidak berani
ke warung kakek Yasin. Rasa malu yang teramat sangat membuatnya enggan setiap
kali diminta ibu untuk membeli sarapan. Tapi pagi ini akhirnya dia yang harus
pergi karena mas Ibnu, kakaknya, sedang sakit.
Di warung, Farihah berdiri agak
jauh dari meja. Dia membiarkan kakek Yasin mengambilkan ketan untuknya. Setelah
membayar, Farihah langsung bergegas pulang. Tapi dia kaget saat melihat Zaki
ada di samping tembok rumahnya dan menyodorkan plastik tanpa bicara. Farihah
membuka dan melihat dua ketan di sana.
“Terimakasih
ya Ki,” ucapnya pelan.
Di hari-hari berikutnya, Zaki selalu melakukan hal yang
sama. Farihah pun tidak tahu harus berbuat apa selain menerimanya. Hingga
sampai mereka lulus sekolah dasar dan Zaki meneruskan sekolah di pesantren,
kebiasaan itu berhenti.
Farihah pun tidak pernah lagi bertemu Zaki atau mengetahui
kabarnya. Selepas sekolah dasar, Hamid sekeluarga harus kembali ke kampung
karena proyek di Jakarta sudah selesai. Dari hasil proyek, Hamid memutuskan membuka
usaha di kampung.
===
10 tahun kemudian…
Di atas pelaminan, garis hidup mengantarkan Zaki dan Farihah
bertemu kembali dan menjadi sepasang suami istri. Rupanya pesantren Zaki ada di
Solo, kampung halaman Farihah. Ustaz di pesantren Zaki yang menjodohkannya
dengan Farihah, tidak lain adalah pakde dari Farihah.
“Mas,
maaf mau tanya.. ,” malu-malu Farihah menatap suaminya saat tamu sedang sepi.
“Hhmm,
kenapa?” Zaki santai menjawab dan memandang istrinya.
“Kenapa
mau sama pencuri seperti aku?”
Zaki terkejut dan tersenyum. Hatinya berdebar mengingat
betapa cantiknya Farihah saat ia pertama kali melihatnya dulu di sekolah dasar.
Semakin tergugah saat ia tahu bahwa ketan-ketan yang dicuri Farihah adalah demi
baktinya pada orangtua. Itulah sebab ia memutuskan untuk menolong.
“Karena
kamu sudah mencuri hatiku sejak dulu.”
Gantian Farihah yang terkejut dan menatap tak percaya.
“Semua
memang sudah skenario Allah. Tapi aku juga tidak berdiam diri. Aku sering
ngobrol sama mas Ibnu dulu. Aku tahu kampung kalian di Solo, jadi waktu Kakek
memintaku masuk pesantren, ya aku pilih ke Solo.”
Panjang lebar Zaki menjelaskan yang semakin membuat Farihah
terpana.
“Tapi,
dulu waktu mas Zaki selalu ngasih aku ketan, itu bukan curian kan?”
“Ya
nggak lah. Itu pakai uang jajan aku. Aku bilang kalau aku doyan ketan.” Zaki
menjawab sambil terkekeh. Farihah pun tertawa bahagia mendengarnya.
“Kakek
sudah maafin kamu, Dek. Kakek juga yang bantu aku cari informasi tentang
keluargamu dari mandor Bapakmu dulu.”
Masyaallah…hati Farihah semakin membuncah bahagia
mendengarnya. Rencana Allah selalu indah di hidupnya. Pada akhirnya Farihah
layak menyandang namanya.
Ya Salaam.... Ambyar pas baca bagian “Karena kamu sudah mencuri hatiku sejak dulu.”
BalasHapusEh, nama karakter perempuannya sama dengan nama anak saya yang kedua, Bunda. Perempuan yang berbahagia. Aamiin
Based on the true story kah, Bun?
Alhamdulillah bukan kang...heheheh
HapusDuh, kok ada yang nyeees di hatiku membacanya bu. Ini based on true story juga kah? Sweetnya kerasa banget...
BalasHapusYeah....just a little bit, mostly imagination
BalasHapusEaaaa... Kau mencuri hatikuu. Toolong dong cintaku bersemi dari dua pucuk ketan dikantong plastik. Terima kasih ketan. Kau sudah menjembatani cintaku. Ehm
BalasHapusHahahaha....hidup ketan
HapusJodoh emang nggak kemana. Cinta dalam dua buah ketan. Heuheu. Nggak terasa bacanya dah sampe bawah. Cerita sederhana, nggak jelimet tapi ikutan mengharu biru.
BalasHapusAlhamdulillah...cerpen yang dibuat kepepet karena takut ditendang dari Cupuers 😀
HapusMasyaa Allah, ikut terhanyut baca ceritanya.. Ikut sedih jg nih waktu bacanya.. Kadang kita memang tidak tahu dimana jodoh kita.. Bahkan teman masa kecil bisa jadi jodoh kita..
BalasHapusBetooool....misteri ilahi memang jodoh itu
HapusTidak kusangka, ditengah2 cerita ini ada semacam plot twist yang mengena. Tidak disangka ya, seru bacanya ...
BalasHapusWaaah...iya kah? Malah nggak kepikiran
HapusJadi pingin ketan wkwk. Solo pula latarnya, so relate. Tp emang jodoh itu nggak terduga sih wkwk ak kalau baca cerita sweet gini suka senyum2 sambil berimajinasi. Bersyukur gak ada plot twist 'bukan jodoh' untung aja yg disukai dari dulu adalah jodohnya :(
BalasHapus