HeaderBundaLillah

Di Simpang Hati

 

Di Simpang Hati


 



Ada yang terasa sakit di ujung hatiku saat menatapnya duduk termangu di pinggir sumur itu. Sumur tua yang ada dalam kontrakan rumah kami, tapi masih berfungsi dan tidak mungkin kututup karena kami masih menggunakannya. Wajahnya pias menatap ke dalam sumur, entah apa yang dipikirkannya.

"Nur, abang pulang." Aku mendekatinya. "Kita ke depan yuk!" Aku gamit tangannya dan melangkah menuju ruang tamu. Ruang tamu kecil yang hanya terisi karpet plastik dan rak buku usang.

"Apa kabar Nur sama calon anak kita, hari ini?" Tanyaku sambil mengusap perutnya. Nur hanya menatapku sekilas kemudian bergegas berdiri.

"Maaf bang, Nur lupa ambilin Abang minum. Abang pasti haus." Tiba-tiba wajahnya kembali tersenyum dan riang seperti biasanya. Hilang sudah mendung menggayut yang tadi kulihat di bibir sumur.

Ada apa denganmu, sayang? Bisikku perlahan.

===

"Bang Zak, Kak Nur harus diruqyah sepertinya."

Azzam, adik Nur berbicara pelan-pelan. Kami duduk di teras depan selepas Nur tidur. Azzam ini yang sehari-hari kuminta untuk menjaga kakaknya jika aku berkerja. Kondisi Nur yang sedang hamil memang tidak stabil, tapi sayangnya Nur enggan tinggal di rumah orang tuanya. Sementara di kontrakan otomatis dia hanya sendiri.

Tapi belakangan Azzam mulai merasakan banyak keanehan pada diri kakaknya. Beberapa kali dia mengirim pesan bahkan foto saat Nur termenung di bibir sumur, kadangkala terlihat seperti orang yang sedang berbicara, tapi wajahnya penuh kesedihan. Bahkan Nur jarang mau diajak istirahat, makan pun hanya sedikit.

"Bang, gimana? Aku sudah cari informasi ustaz yang bisa meruqyah," cecar Azzam.

"Tapi herannya Zam, kalau sama Abang, kak Nur biasa aja." Kataku.

"Saran aku sih Bang, sebelum terlambat." Wajah Azzam terlihat khawatir.

Aku menghela nafas panjang, kutatap langit yang gelap, segelap hatiku. Baru saja menikah, harus menghadapi masalah sepelik ini. Harusnya kami sedang di puncak bahagia, apalagi Allah langsung menitipkan amanah di rahim istriku. Tiba-tiba rasa takut menyergap...

===

"Berisik banget sih Bang...!" Tiba-tiba Nur mendekat dan menarik Al Qur'an yang sedang kubaca.

Aku terkesiap... Bukan karena Al Qur'an yang ditarik, tapi karena suara Nur yang berubah! Aku menatap wajahnya dan bergidik, matanya terlihat marah dan nafasnya tersengal naik turun. Ini kali pertama aku melihatnya berubah, selama ini hanya mendengar cerita dari Azzam.

"Nur, ini Abang... Abang lagi tilawah. Biasanya Nur suka dengar suara Abang." Aku berusaha menenangkannya. Dia bergeming sambil membuang wajahnya.

"Sini Al Qur'an Abang, tinggal sedikit lagi bacanya," pintaku. Seketika ia melempar Al Qur'an itu ke tempat sampah dan berteriak..

"Aku gak sukaaaaa!"

Suaranya masih terdengar berat, seperti suara kakek-kakek. Dan ia menyebut dirinya aku, satu hal yang tidak pernah dilakukannya. Selama ini ia selalu menyebut dirinya dengan Nur.

Jujur aku takut.. mataku sudah memanas karena sedih melihat orang yang kucintai seperti ini. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku meraih ponsel dan memanggil Azzam. Mudah-mudahan ustaz yang disebutkan Azzam kemarin ada waktu untuk meruqyah istriku.

===

"Perempuan hamil memang termasuk ke dalam orang-orang yang mudah dimasuki jin. Kondisi mereka sedang tidak stabil, secara fisik maupun psikis. Saran saya, segera pindah dari rumah ini." Ustaz Rayhan menasehatiku lembut.

Ia dan seorang timnya baru saja selesai meruqyah Nur. Ini kali pertama aku melihat orang diruqyah dan aku merinding dibuatnya. Aku dan Azzam hanya bisa melihat Nur yang terus menerus kesakitan dan menangis. Ia muntah berkali-kali, berteriak, memaki dan mengeluarkan suara yang berbeda-beda. Aku melihat sarung tangan yang dikenakan ustadz Rayhan bahkan menghitam. Ada tujuh jin yang senang tinggal dalam tubuh istriku! Astaghfirullah...

Ruqyah ini akan berlangsung rutin ke depannya hingga Nur betul-betul bersih dan sehat kembali. Aku harus segera pindah rumah mendekat ke kediaman keluarga Nur, rumah harus selalu terpasang murottal Al Qur'an dan juga harus bersih.

Ya Allah.... mudahkan.

===

Tapi hidup tidak pernah mudah, masalah demi masalah akan selalu ada menguji manusia. Pilihannya hanya, bersyukur atau ingkar. Dan aku memilih bersyukur, meski setelah berkali-kali ruqyah, Nur belum pulih sepenuhnya. Ia kerap marah tanpa sebab atau bahkan menangis tiba-tiba dan merajuk berhari-hari. Aku khawatir akan menggangu perkembangan janin.

Dan kini, kekhawatiranku terbukti. Nur berhasil melakukan proses persalinan di bidan, tapi bayi kami harus dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di NICU karena beratnya hanya 1500 gram. Sementara istriku harus masuk ruang operasi untuk mengeluarkan cairan dan benjolan di perutnya. Yah...kami tidak pernah curiga melihat perutnya makin hari semakin besar, toh memang dia hamil. Tapi ternyata, isinya bukan hanya janin. Rupanya karena gangguan sepanjang kehamilan mempengaruhi kondisi istriku.

Pikiranku kalut, meski posisiku berada di depan ruang operasi, tapi hatiku pun terbelah ingin melihat anakku di NICU. Mereka berdua sedang berjuang antara hidup dan mati. Rasanya ingin menggenggam tangan keduanya untuk mengalirkan cinta dan semangat.

Allah....di penghujung Ramadan aku menghiba. Aku yang bergelimang maksiyat dan kebodohan, memohon keselamatan untuk dua orang yang kusayang. Maaf jika aku serakah ya Allah, aku mau keduanya kembali...

Dan sajadah di musala kecil itu pun basah dengan airmata.


Related Posts

8 komentar

  1. Suka dengan ceritanya Buda Lillah. Dikira ceritanya akan selesai setelah ruqyah, ternyata masalah hidup memang tak berhenti sampai di situ, ya.
    ditunggu lanjutan ceritanya, Bun

    BalasHapus
  2. Saya bacanya sampai merinding, deg-degan, sama takut-takut gitu. Kayak beneran banget. Ini terinspirasi dari kisah nyata nggak, Bu? Lanjutin, dong, penasaran sama cobaan rumah tangga mereka.

    BalasHapus
  3. Bundaa.. Lanjutkan bun.. Gimana lanjutannya. Apakah Nur bakal sembuh dari gangguan jin ini? Gimana kabar anakknya? Apa nur bakal kena baby blues selepas operasi.. Duh aku mau cerita lanjutannya ya bun Lil wkwk.. *banyk maunya

    BalasHapus
  4. O, begitu ya. Saya baru tahu ada ya kasus begini. Dan jadi kepo apakah orang yang minta ruqyah biasanya memang merasakan bahwa dirinya bermasalah ? Kalau tidak mau di ruqyah ini bgmn ?

    BalasHapus
  5. Duuh jdi penasaran gmna kelanjutannya. Baru tahu klo bumil tuh rawan skali kerasukan ya Bun, pantes kmren ada temen di grp ada yg sharing mengalami hal yg sama

    BalasHapus
  6. Buun penasaran lanjutannya deh, ini tuh emang efek rumahnya yang banyak penunggunya gitu ya bun makannya ketempelan sampai 7 jin gitu?

    BalasHapus
  7. Bun aku penasaran deh ini tuh kisah nyata atau fiksi? Mau lanjutannya dong.

    BalasHapus
  8. Bunda ini diangkat dri kisah nyata kah ? Jadi ikut deg degan dg Nur. Apakah dia akan sembuh dan sehat kembali? Apa yg membuat dia roboh pertahannannya.apa karena rumah barunya?

    BalasHapus

Posting Komentar