HeaderBundaLillah

Review Buku: Majelis Cinta

22 komentar

 

Review Buku



Frasa ‘Majelis Cinta’ merupakan sebuah ekspresi keimanan seorang laki-laki biasa dalam menjalani safari cintanya. Keyakinan akan janji dan takdir Tuhannya lah yang membuat dia berani untuk melangkah, berjuang, dan menjalani lika-liku awal pernikahan. Inilah ruh buku ‘Majelis Cinta’, penuh warna akan ikhtiar dalam meyakinkan diri, orangtua, calon pasangan, calon mertua.

Apa yang membuat buku ini mempunyai ikatan emosional yang begitu kuat adalah perjuangan laki-laki biasa bernama Arfan untuk melabuhkan cintanya pada Saila, gadis beda suku yang selalu menjaga diri dan kesucian cintanya. Meski tak sespektakuler Romeo dan Juliet atau Nabi Yusuf dan Zulaikha, namun kesederhanaan dua anak muda ini membuat jalan cinta mereka banyak dimudahkan Allah.

Lelaki sejati bukan dia yang punya banyak perempuan dalam hidupnya, tetapi dia yang mampu menolak banyak perempuan untuk singgah di hatinya demi perempuan yang nanti akan dicintainya. Dia yang menjaga hatinya agar tak mengumbar ikatan hati kepada banyak perempuan. Karena dia menyiapkan hatinya untuk pelabuhan hati seorang perempuan yang benar-benar dicintainya. Lelaki sejati bukan mencintai sejuta perempuan, tapi mencintai satu perempuan dengan sejuta cara.

Biodata Buku


Judul: Majelis Cinta

Penulis: Moh. Nur Sholeh

Editor: @lindakarlina.id

Desain sampul: @rfaridmutiardi

Ilustrasi cerita: @restuarie

Penerbit: Penerbit Wahana Resolusi, Yogyakarta

Tahun Terbit: 2017

ISBN: 978-602-61421-4-6

Jumlah halaman: 232 halaman

Blurb


    “Mas pernah jatuh cinta sama siapa?”

Sebuah kalimat yang aku takutkan keluar dari bibirmu. Aku takut ketika aku menjelaskan semua masa laluku, besar cintamu padaku akan terkikis dengan kenangan itu. Aku takut kamu akan berubah sikap padaku ketika tahu betapa aku tak seperti yang kamu bayangkan..

Ini adalah majelis cinta yang kurindukan. Tempat bertemunya aku, kamu dan buah cinta kita dalam satu tempat yang indah. Menjadi satu gebong yang membawa visi menuju surga nan abadi.

Majelis ini menjadi halaqah abadi kita di dunia. Membuka keran pustaka yang mengalirkan bacaan dan telaah ilmu yang bermanfaat. Membuat penghuninya basah kuyup karena cucuran ilmu.

Great Values



Review Buku MJ


1. Kekuatan seorang lelaki


Tidak banyak lelaki yang berani mengambil tema melow seperti ini dalam karyanya. Alih-alih terjebak dalam sikap berlebihan mengungkapkan cinta, buku ini justru menawarkan banyak gambaran kekuatan yang seharusnya dimiliki seorang pria.

Bukan sekedar penggambaran diamuk cinta yang membuat baper pembaca, tapi justru pilihan-pilihan prinsip bernafaskan ketauhidan yang membuat berpasrah akan alur milik Allah.

Dan lelaki sejati itu dimulai ketika dia berani datang kepada ayahnya bukan hanya kepada putrinya.

2. Kebaikan hanya mendatangkan kebaikan


Dan begitulah yang seharusnya terjadi dalam kehidupan.Bunda mengenal penulis ini dengan baik. Boleh dibilang dia adalah anak ideologis kami. Kekaguman Bunda dan suami akan sosoknya, menjelma dalam kemudahan proses pernikahan yang Allah berikan untuknya.

Mengedepankan rida orang tua dalam setiap langkah menjadi jawaban kemudahan demi kemudahan yang terjadi. Begitu mudah Allah buat sang calon mertua seketika klik hati mereka melihatnya. Bahkan semua kemudahan itu Allah tutup dengan ditentukannya waktu pernikahan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya…heheheh

3. Arung jeram rumah tangga


Sederhananya alur yang Allah berikan pada proses pernikahan Arfan dan Saila tentu tak lantas membuat rumah tangga selalu bak surga. Ada kekagetan menghadapi perbedaan yang menjadi peer bersama selamanya.

Bahkan lelaki yang kuat kemudian melemah saat menghadapi dapur dan popok bayi, belum lagi menghadapi omelan istri. Maka dengan semua perbedaan yang Allah berikan pada lelaki dan perempuan, di situlah titik saling menguatkan.

Jodoh menjadi suatu kekuatan yang dapat memunculkan persamaan dan potensi dalam hidup.

Penutup


Kata kebanyakan orang yang menjalin cinta semu, selama mereka menjalin hubungan, maka akan ada invetasi energy, waktu dan emosional yang tidak sedikit. Energi yang telah dikeluarkan tak bisa ditarik kembali, waktu yang telah berlalu tak bisa diputar lagi dan emosional yang telah terjalin selama ini tak bisa dihapus begitu saja. Melepas sebuah harapan pada cinta dalam diam, mungkin tak setragis ketika merelakan cinta yang telah terjalin lama dalam hubungan, terlebih saat pernikahan telah dirancang.

Buku kecil ini mudah tuntas dalam sekali duduk, Bahasanya ringan dan mengalir. Sesekali Bunda berhenti untuk menulis quotes yang cukup bagus. Majelis cinta membuka mata tentang makna perjuangan dari kacamata pria. Selamat membaca

Layaknya masuk perguruan tinggi, menikah itu bisa melalui jalur undangan atau jalur mandiri

Related Posts

22 komentar

  1. MasyaAllah, kolaborasi suami istri ya ini bukunya bu lil, ciamik nih...

    BalasHapus
  2. Terkesima dengan qoute terakhir, bahwa menikah itu seperti masuk perguruan tinggi, bisa melalui ja. Ur undangan atau jalur mandiri.

    So, mudah-mudahan dapat nilai cumlaude ya selama mengarungi bahtera keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naah...ini nih
      Berat buat dapat nilai Cum Laudenya

      Hapus
  3. Suka dengan kalimat Lelaki sejati bukan mencintai sejuta perempuan, tapi mencintai satu perempuan dengan sejuta cara... Sosuit

    Dulu kayaknya aku pake jalur mandiri ... He he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah...nggak masalah kok pakai jalur mandiri, asal disegerakan

      Hapus
  4. Menikah itu layaknya masuk perguruan tinggi. Zaman saya dulu ada 2 jalur: PMDK dan UMPTN. Mungkin kalau jalur pmdk itu kayak dapat pasangan dari perjodohan ya. Sedang umptn melalui taaruf sendiri. Yeaaah... Aku dulu lulus umptn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama dong kayak Pa Hamdan....
      Yang penting lulus Cum Laude kata pak Yonal

      Hapus
  5. Pada auto fokus sama quotes terakhir, aku pun meski kening lumayan mengernyit. Eh nampaknya aku ikut jalur mandiri juga wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...apapun jalurnya, mudah-mudahan Allah berkahi selanjutnya

      Hapus
  6. Penulisnya pria, Bunda? Wah salut sekali mau membawa kisah yang sangat manis tak lupa dengan kemasan agamis. Menarik sekali bukunya, Bunda, mengangkat kisah romantisme dari sisi pria yang cenderung memendam dan jarang menunjukkan gelagat perasaannya, ah jadi pengin ikutan baca Bunda :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, makanya...jarang kan ya lelaki bisa mengungkap rasa. Saya juga salut. Saya tanyakan penulisnya ya, masih ada stock apa nggak?

      Hapus
  7. quote terakhirnya unik bunda, hehehe
    iya betul kok bahwa mudahnya prose sbelum tentu menjamin mudahnya menjalni rumah tangga karen aujian rumah tangga itu ada aja..

    duh ini novel ringan ya cocok buat yg kado nikahan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat encouraging yang ragu menikah pun, cocok ini.

      Hapus
  8. Aku rasanya dah lama nggak menikmati karya dengan penulis pria. Sudut pandangnya pasti unik ya bun. Beda bgt sama karya penulis wanita. Aku jd penasaran, apalagi closing statement artikel ini :') wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, memang jarang penulis pria mengungkap sisi romantis abis seperti ini.

      Hapus
  9. Ini aku sebenarnya penasaran sama penulisnya. Dari blurb nya aja bagus gitu, gimana ya kalau pria ngomongin cinta. Selama ini kan yang banyak kubaca penulis perempuan. Ini buku beneran bikin baper deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang anak cerdas sih menurut Bunda. Beliau lulus S2 di usia 23 dan sudah diminta jadi dosen sebelum lulus S2.

      Hapus
  10. Menarik nih, novel pernikahan ditulis ikhwan.. biasanya kan yang nulis akhwat. Jadi pasti ada insight yang berbeda nih. Pengen baca bukunya deh jadinya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Langsung ngobrol sama orangnya juga boleh mbak...selain dosen UNDIP beliau juga motivator

      Hapus
  11. Bukunya Mas Soleh. Pertama launching langsung beli plus ditandatangani Mas Soleh, bukunya jadi teman ngegalau pas baru lulus kuliah dan dihadapkan pilihan: mengejar impian atau menikah (lah, emang menikah bukan impian😆😆)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah pak One dapat gratisan..hehehe. Tapi malah saya yang baca duluan

      Hapus

Posting Komentar