Masa pandemi ini kita digiring pada satu tatanan baru dalam belajar. Ya, kajian online di antaranya. Tidak boleh berkerumun, harus jaga jarak, menjadi sebab pertemuan tatap muka adalah hal terlarang. Bunda yang biasa sehari-hari, keliling ceramah dari satu majlis ke majlis lainnya kemudian terpaksa berhenti. Tentu demi kesehatan sendiri, apalagi Bunda masuk dalam kategori komorbid.
Dalam kondisi seperti ini, kita semua dituntut bersikap cerdas. Banyak hal menjadi anomali tapi ternyata berhasil meningkatkan daya kreatifitas. Siapa yang dulu kenal istilah ngezoom, pasti nggak ada karena aplikasinya pun belum ada. Tapi sekarang, berbagai aplikasi meeting online, mommies semua pasti sudah hafal luar kepala.
Pengalaman Menjadi Pembicara Kajian Online
Sejak era digital, rasanya semua berjalan begitu cepat. Informasi mengalir begitu deras dan tak terbendung. Semua orang merasakan gegar budaya aneka platform media sosial. Ada sisi negatif, tapi insyaallah juga banyak sisi positif yang bisa diambil.
Buat anak milenial saat itu juga sekarang, telepon genggam adalah segala-galanya. Maka tidak heran jika kemudian bermunculan banyak aplikasi, program maupun kegiatan yang berbasis online. Salah satu di antaranya adalah program One Day One Juz yang berbasis platform whatsapp.
Hadir dalam rangka memenuhi dahaga akan Al Qur’an, mengikuti sunnah Rasulullah saw untuk mau membaca Al Quran satu juz dalam sehari. Sayyidina Umar bin Khattab mengatakan ini batas malasnya orang yang beriman, subhanallah.
Bunda pun ikut komunitas yang kemudian disingkat ODOJ ini. Tidak hanya itu, bahkan kemudian memimpin dua grup sebagai admin. Dari admin akhirnya meningkat menjadi koordinator admin dan akhirnya diminta menjadi muwajjih (narasumber kajian).
Kegiatan kajian online pun mulai berlangsung sejak awal 2014. Kajian dilangsungkan di grup-grup whatsapp. Biasanya narasumber ditemani admin grup dan moderator. Rangkaian kegiatannya hampir sama dengan kajian offline, ada pembukaan, kajian, tanya jawab dan penutup. Bedanya tidak ada tilawah Al Qur’an saja.
Beragam nama komunitas dan aneka kegiatannya pun hadir. Ada Hamba Allah, AIHQ, KUTUB, Kajian Munakahat, RDI, Al Hurriyah dan lain-lain. Tapi di tahun-tahun sebelum pandemi itu, kajian online masih di whatsapp dan telegram saja.
Enam tahun berlalu, kami para muwajjih masih berkutat mengisi kajian online di platform yang model interaksinya hanya di chat, sehingga tidak terlihat baik muwajjih maupun audiens. Hingga kemudian badai virus Covid pun menyerang dunia.
Sebenarnya sejak dulu pun sudah ada aplikasi yang bisa digunakan untuk melakukan video call atau video conference, seperti Skype misalnya. Tapi jika boleh memilih, tentu kita lebih senang jika rapat dan kajian bisa dilakukan tatap mata.
Pandemilah yang memaksa kita untuk akhirnya cerdas memakai aplikasi meeting online. Sebut saja yang paling familiar adalah zoom. Namun karena berbayar jika pertemuan lebih dari 40 menit, beberapa komunitas lebih memilih Google Meet atau Google Duo.
Sebagai seorang pembicara, Bunda pun harus mulai beradaptasi menggunakan berbagai aplikasi tersebut. Ternyata, kajian tatap muka secara online, memang lebih menyenangkan karena kita bisa langsung berinteraksi dengan audiens.
Jurus Jitu Mengisi Kajian Online
1. Kuasai teknologi
Dalam setiap inovasi pasti ada dampak positif maupun negatif yang bisa kita rasakan. Berbagai aplikasi tatap muka online itu pun memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jangan ragu untuk mempelajarinya agar tidak gagap saat diharuskan menggunakan salah satu platform saat mengisi kajian online.
2. Persiapkan hal-hal teknis secara detil
Sebelum memulai kajian, pastikan prentilan semacam daya gadet apakah sudah terisi? Provider internet aman? Amankan juga headset karena suara akan lebih baik jika kita menggunakannya. Jangan lupa siapkan backup gadget di sekitar kita.
3. Cari lokasi yang paling nyaman
Pemilihan lokasi tempat kita mengisi kajian pun perlu diperhatikan. Kalau ada ruang kedap udara, pasti menyenangkan sekali ya.
Kalau pun tidak, pastikan tempat yang tidak dilalui banyak orang. Jauhkan dari suara-suara yang akan mengganggu jalannya kajian.
4. Tampilkan performa terbaik
Sebagai pembicara tentu audiens berharap kita tampil fresh dan meyakinkan. Pilih pakaian yang nyaman dengan warna-warna kalem. Tunjukkan sikap tegak dan wajah berseri agar audiens merasa kita antusias dengan apa yang akan kita sampaikan.
Siapkan slide-slide yang menarik perhatian dengan tulisan yang mudah terbaca. Penguasaan materi juga sangat membantu kita tampil lebih percaya diri.
5. Hindari kelelahan
Bisa jadi kajian yang kita isi tidak hanya sekali di hari itu. Maka menjaga kondisi tubuh tidak mengalami kelelahan karena terlalu lama di depan laptop adalah sebuah keharusan. Setiap satu jam sekali, usahakan berdiri dan sedikit menggerak-gerakkan tubuh.
Jangan lupa untuk menyiapkan air putih di dekat kita agar ginjal bisa bekerja dengan baik. Terlalu banyak duduk tanpa diimbangi asupan air putih, akan mengganggu kerja ginjal.
Penutup
Jujur, mengisi kajian online, membutuhkan usaha lebih dalam hal penyampaian. Kalau tatap muka, kita bisa menggunakan gestur tubuh secara keseluruhan, dari mata sampai ke kaki sebagai daya tarik. Audiens suka jika pembicara bergerak dinamis ketimbang hanya duduk diam. Tatapan mata kita pun bisa menyapu seluruh audiens.
Di kelas virtual, hanya bagian kepala yang kelihatan. Maka kita perlu mengoptimalkan kerja seluruh bagian muka agar terkesan hidup. Kadang Bunda pun geli sendiri saat mengisi kajian. Kita bergerak penuh semangat dan yang ada di hadapan adalah benda mati. Kayak heboh sendiri..
Tapi melihat audiens tersenyum puas dan bisa memahami isi kajian dengan baik, kemudian menjadi kepuasan tersendiri. Bersyukur Allah beri peluang mengisi kajian online, karena Bunda yakin pahalanya pun sama dengan offline. Iya kan?
Kalau kuliah online udah sering aku Bun, tapi kalau kajian, masyaa Allah, belum cukup ilmuu. Ngaji dulu aja lah ya aku mah. Kalau Bunda ngisi kajian lagi kabar2 yaa Bun, biar bisa join.
BalasHapusSiap, insyaallah. Biasanya ada yang dibuka untuk umum, ada yang khusus anggota jamaah yang bersangkutan saja
HapusHikmah dibalik pandemi kita dituntut harus melek teknologi. Hebat bunda lilah sudah bisa memanfaatkan teknologi untuk hal yang berhubungan dgn agama...
BalasHapusSukses, sehat dan Istiqomah terus... Amin
Ammiiin....
HapusAlhamdulillah
Insyaallah pak Hamdan juga pasti bisa!
wah, makasih tipsnya bun. tapi kalo saya milih jadi audience nya aja hehhe..
BalasHapusbelum cukup ilmu kalo jadi narsum, ilmu apapun hihi
semangat Bunda, barokallahu..
Waduh...insyaallah dari setiap orang kita bisa menimba ilmu. Bahkan dari anak kecil sekali pun.
HapusSatu waktu mbak Sendy pasti bisa.
Dunia pendidikan adalah salah satu yang terkena dampaknya juga dari pandemi ini. Guru harus berlari mengejar ketinggalan dari segala kegaptekan, berteman dengan teknologi untuk mengajar secara on line
BalasHapusTerasa banget ya pak... Masyaallah salut sama para guru sekarang, harus bisa cepat belajar teknologi.
HapusMasya Allah menginspirasi sekali cerita Bunda, sekaligus memberi tips juga pada saya. Meski belum pernah mengisi kajian atau menjadi narasumber tapi tips-tipsnya bisa banget diaplikasikan saat menjadi audience juga ya Bunda, ehe terima kasih sharingnya Bunda :D
BalasHapusSama-sama mbak Ashry...
HapusIya betul juga, di antaranya tips jaga kesehatan saat jadi audiens online. Harus banyak minum karena banyak duduk dll.
Jadi ingat ketika diminta menjadi narasumber melalui zoom, duh rasanya nano-nano. Aneh dan bisa mati gaya kalau gak menguasai diri. Padahal saya termasuk orang yang suka berseloroh agar suasana hidup, tapi kalau online harus nambah strategi lagi biar audiensnya gak ngantuk, berseloroh yang pas
BalasHapusBetul banget Bunda, PR lebih kalau ngisi online karena kita nggak berinteraksi langsung secara fisik .
HapusAduh inget pertama kali live ig, lah kok hasil videonya ada pink2nya gitu ..
BalasHapusBenar tipsnya, harus dipersiapkan sebelum online. Terutama nyari spot yg nyaman, karena ngisinya gak sebentar.
Lah...rupanya kenapa itu mbak?
HapusPasti senang kalau punya pengalaman karena bisa memperbaiki untuk ke depannya
Peihal soal teknis memang haus selalu diphatikan ya mbak. Karena perangkat yg nyaman dipake sgt mempengauhi pefoma tampil secara vitual, apalgi kalau ad akelas online. Bia signal gk jadi kendala juga
BalasHapusIya mbak Windi, apalagi kalau kita sebagai narsum, jangan sampai ada hal teknis yang mengganggu.
HapusSekedar suara teriakan anak saja kadang jadi pecah konsentrasi
Masya Allah bener2 bunda produktif nih..
BalasHapusAku juga masih melakukan pembinaan dg anak remaja dari sskolah tempat au mengjar dulu. Tantangannya adalah membuat anak menyimak dg baik selama.kita memyampaikan materi.
Nah, pernah suatu kali jadwal ngisi materi anak2. Eh karena baru pertama kali ngisi pakai zoom jadi kayak kaku gtu hahhaa
Bahkan buat ganti background aja bingung
Nggak apa-apa mbak Hamim, alah bisa karena biasa.
HapusSekarang mah dah oke banget lah ya
Nah pengalaman aku kalau ngisi acara online ini Bun, emang poin 2 pas mantap. Itu penting banget, apalagi rumahku berasa kayak PAUD 24 jam Bun wkwk
BalasHapusEmang kenapa? Banyak ya penghuninya?
HapusSeru tuh perjuangannya...hehehe
Aku baru pernah sekali ngisi kajian online selama pandemi ini��, biasanya offline terus
BalasHapusWah...gimana nih pengalamannya?
HapusPasti beda kan?
Point nomor 3 mungkin susah ya bun kalau masih ada anak"kecil yang harus diurus.. Tapi mungkin bisa diakali dengan mencari waktu yang pas untuk menjadi narasumbernya itu ya bun?
BalasHapusIya mbak, betul.
HapusJangankan balita, Bunda aja kalau ada si bontot di rumah, mesti heboh. Pakai acara nongol di kamera lah....
Emang perjuangan kalau online mah
rasanya kalau masih ada anak bayi sedikit beda cerita ya bu hahahaha selama belajar daring nggak pernah oncam deh, salut sama semua pemateri
BalasHapusKajian online itu terlihat seru sama si bayi...hehehe
HapusPasti pengen ikut tampil deh doi
Masya Allah, barokallah bunda, ternyata seorang muwajjih. Kapan-kapan boleh dong ikutan
BalasHapusNanti ya insyaallah kalau boleh ada audiens pria.
HapusSelama ini ya kebanyakan wanita
Masya Allah, luar biasaa..
BalasHapusMengisi kajian secara online memberikan suatu pengalaman yang berbeda yaa bund, hehehe
Apalagi bagian mata yang harus fokus ke kamera, usaha keras ini :D