Fajar memilih untuk menemani Rahmat yang tadi sore sudah dikunjungi dokter dari kecamatan. Desa mereka yang berada jauh di pelosok hanya memiliki kunjungan dokter tiga kali sepekan. Bahkan hingga saat ini, PLN belum resmi masuk. Dan untuk penerangan, mereka mengandalkan generator yang dikelola perorangan. Generator itu menyala 12 jam saja, dari pukul 5 sore hingga pukul 5 pagi.
Dari dalam kamar, Fajar hanya mendengar sekilas apa yang sedang dibicarakan di ruang depan. Dia tahu bahwa dialah subjek pembicaraan mereka. Fajar pasrah, apapun akan dia lakukan untuk melawan gangguan-gangguan ini. Sejak kecil bisa melihat jin, mendengar suara-suara aneh, bukanlah hal yang menyenangkan.
“Haturnuhun ka sadaya kasumpinganana.” Pak Dadan membuka pertemuan dengan uluk salam dan ucapan terima kasih terlebih dahulu. Setelah itu, ia mulai menceritakan hasil pembicaraan dengan para ustaz di pesantren. Termasuk menanyakan kepada keluarga pak Dedi, kemungkinan adanya karuhun mereka yang mengikat perjanjian dengan bangsa jin.
“Kalau ada benda pusaka yang memang diwariskan, itu juga harus kita musnahkan nanti.” Ki Gofur menambahkan.
Keluarga pak Dedi saling berpandangan, mereka sama sekali tidak tahu apa-apa. Di wajah-wajah mereka yang ada hanya kebingungan dan ketakutan.
“Punteun Ki Gofur, pak Kuwu, tapi keluarga kami tidak mungkin memiliki jin nasab. Nenek moyang kami hanya para petani yang untuk hidup saja susah. Sekali lagi maaf kalau lancang, setahu saya di desa ini, hanya Dipati Aki Martadireja yang mampu melakukannya.” Salah seorang dari keluarga pak Dedi angkat bicara.
Saat semua kebingungan menerka, tetita bu Ai menangis terisak-isak. Awalnya pak Dadan mengira bu Ai sedih memikirkan Rahmat. Tapi tangisan itu semakin keras dan terdengar menyakitkan. Pak Dadan segera memeluk istrinya, berusaha menenangkan.
Ki Gofur menangkap ada yang tidak beres.
“Nyi Ai, ayo keluarkan! Mungkin ini bisa menyelesaikan semua permasalahan kita.” Ki Gofur berkata tegas kepada bu Ai.
Bu Ai berusaha menenangkan diri meski tampaknya semua terasa berat baginya.
“Sebelumnya saya mohon maaf sebesar-besarnya, khususnya kepada suami saya sendiri. Ini rahasia yang sudah belasan tahun saya simpan.” Pak Dadan menatap wajah istrinya penasaran diikuti pandangan semua orang di ruangan.
“Saya, saya… sudah melakukan dosa besar.” Bu Ai berbicara terbata-bata yang membuat semua orang makin penasaran.
“Aa Dadan, Ai sudah menukar anak kita dengan anak mang Dedi. Fajar sebenarnya anak kita.”
Blarrr! Bak petir di siang bolong, Pak Dadan menatap istrinya tak percaya. Ki Gofur mengelus dada dan semua orang seketika gaduh. Fajar dan Rahmat yang mendengar kegaduhan langsung keluar kamar. Saat mengetahui apa yang terjadi, Fajar seketika terduduk lemas.
“Kunaon Ai…kunaon?” pak Kuwu Dadan bertanya sambil mengguncangkan tubuh istrinya.
“Ai nggak mau anak kita menjadi pewaris ilmu kanuragan dan bersahabat dengan bangsa jin. Karena Ai tahu setiap anak pertama di keturunan keluarga Aki Martadireja akan mewarisinya. Ai tukar supaya Fajar dan Rahmat aman.”
“Astagfirullahal ‘azhim, innaalillahi ya Allah,” Ki Gofur terus berzikir. Bertambah lagi orang yang menjadi korban dari kejahilan para karuhun bersekutu dengan jin. Bagaimana mungkin si Ai berpikir pendek seperti itu, gumam Ki Gofur. Apakah dia pikir mampu mengelabui bangsa jin?
Pak Dadan langsung memeluk Fajar dan Rahmat. Dia tahu harus menguatkan kedua anak yang sudah menjadi korban ini. Keduanya kini adalah anak pak Dadan. Pak Dedi dan istrinya pun memeluk mereka.
Saat semua sudah tenang kembali, Ki Gofur mengambil alih acara.
“Saudara-saudaraku, Alhamdulillah semua sudah jelas sekarang. Tolong jangan ada yang marah dan dendam kepada siapapun, mari kita melapangkan dada dan memaafkan yang sudah berlalu.” Ki Gofur menarik nafas lebih dalam
“Ini waktunya kita semua bertaubat dan berikrar untuk tidak meneruskan ikatan dengan jin. Keris yang ada di bu Ai, besok kita musnahkan di hutan Cirancah. Sudah waktunya kita semua melepaskan diri dari cengkeram si Sopla dan bangsanya.” Pungkas Ki Gofur mantap.
Semua yang hadir mengangguk setuju, sudah cukup rangkaian kegaduhan yang terjadi selama ini. Yang tidak mereka ketahui adalah apakah Sopla dan kaumnya rela begitu saja dilepas ikatannya? Bisa jadi Fajar atau Rahmat harus berkorban sebagai tumbal. Ahh
Keterangan Arti
“Haturnuhun ka sadaya kasumpinganana.” = Terima kasih kepada semua untuk kehadirannya.
Link Bagian 1 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Link Bagian 2 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Link Bagian 3 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Link Bagian 4 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Link Bagian 5 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Link Bagian 6 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Eh??
BalasHapusWait..
Aku melewatkan apa??
Kok jadi Fajar yg kena??
Hubungan Nyi Ai dan Aki Marta itu apa??
bukannya cucunya Aki Marta itu Ni Ijah??
Wah, kalau ada yang bingung gini, plot twist saya berhasil atau gagal ya? hehehehhe
BalasHapusYee.. akhirnya tantangan berakhir dengan selesainya Cengkeram Sopla. Tinggal nunggu seremonial kelulusan ya bun
BalasHapusHal yang masih sulit ku Galih itu menulis novel, aku tuh suka mentok sama alur, apalagi kalau mau mendekati ending, bingung gimana cara mengakhiri.
BalasHapusAkh.. Aku suka novel bunda..
Wah, langsung tarik gigi mundur, baca dari awal ah. Penasaran...
BalasHapusWah seru banget ceritanya bunda. Saya sampe tegang bacanya.... Jadi pingin bikin cerpen genre seperti ini...
BalasHapusWaw .. kenapa tiba-tiba yang kubaca pada horor begini, hihi jadi tegang ..
BalasHapusWah Bunda Likkah, aku takut mau bacany malam-malam ini, udah merinding aja.. Cerpen horornya ntaps euy. Aku mesti baca dari bagian 1 ini ya
BalasHapusBundaaaa. Merinding banget abis baca ulang dari awal nih. Itu plot twist-nya mantap kali, Bun. 😣
BalasHapusLangsung penasaran dengan bagian terdahulu. Tapi kayaknya belum beneran tamat ini. Masih menggantung, atau sengaja digantung ya
BalasHapusBund, ceritanya bagus banget, aku yang jarang jarang baca cerita genre begini ikut menikmati
BalasHapusWH aku saat membaca bagian haturnuhun aku berasa jadi ikutan orang sunda uey hahaha
BalasHapusSok pisan. Tapi keren bunda. Kok bisa sih bikin fiksi kece gini.
Ini semacam ambil kisah nyata bukan sih..
Auto manjat dulu baca dari part 1 nih bun. Siap2 baca di tempat yang terang nih. Tercium aroma2 horor nih.
BalasHapusBu Lillah, ini aku ufah baca tafi sore. Kereeeen ih, pantes lah jadi favorit 💕
BalasHapusWah, aku harus baca dari awal dulu nih, biar bisa ngikutin alurnya. Btw, congratz ya bu jadi salah satu cerbung favorit di ODOP. Keren as always... siapa dulu dong? Ustazahku, hehe..
BalasHapus