Pondok Pesantren di kota Solo...
Ujian lisan yang berlangsung sepekan penuh telah berakhir. Masih ada sepekan lagi ujian tulis yang harus dihadapi Fajar dan seluruh santri. Fajar bersyukur karena sebentar lagi mereka akan liburan, rasa rindu pada kampung halaman membuatnya menyunggingkan senyum.
“Den Rahmat, mau kemana?” tiba-tiba ia melihat Rahmat lewat di hadapannya. Rahmat adalah anak dari majikan ayahnya. Ayah Fajar bekerja sebagai supir dan mereka sekeluarga tinggal menempati bagian belakang rumah Rahmat. Berkat kebaikan ayah Rahmat pula, Fajar bisa mengenyam pendidikan di pesantren ini.
“Huss…dibilang jangan begitu manggilnya!” sentak Rahmat.
“Kan nggak ada orang den. Risih atuh, masa manggil Rahmat aja, meskipun kita seumuran.”
“Biasa ajalah. Aku mau ke kantin, yuk ikut sekalian.” Mereka berjalan berendengan ke kantin saat tiba-tiba Fajar berhenti dan matanya terbelalak. Nafasnya memberat dan tak lama ia mulai mengeluarkan lenguhan-lenguhan dari mulutnya.
Rahmat yang berada di sampingnya tersentak kaget ketika melihat Fajar merosot dan terjatuh di tanah. Sebenarnya ini bukan hal baru baginya, tapi tetap saja mengagetkan karena selalu datang tiba-tiba. Ia langsung meraih tangan Fajar dan berusaha menegakkan tubuhnya. Tapi tidak bisa dan terlalu berat untuknya. Dia tahu ini saatnya meminta pertolongan.
Beberapa senior yang lewat langsung membantu, tapi tidak berhasil menenangkan. Fajar semakin mengamuk dan mulai berlari ke arah persawahan di belakang pondok. Para senior terus mengejar dibantu beberapa ustaz muda. Bahaya kalau sampai Fajar keluar dari benteng pondok.
Para pendekar kungfu pondok pun datang dipimpin ustaz Zainuddin. Para senior yang tadi mengejar Fajar mulai mundur dan memberi tempat untuk mereka. Rahmat yang ketakutan hanya bisa berdoa. Ia mengingat semua momen-momen bersama Fajar sejak kecil dulu.
Mereka terlahir di hari yang sama, di rumah yang sama dan besar bersama. Meskipun Rahmat anak dari majikannya, tapi ayahnya tidak pernah melarang mereka bermain bersama. Tinggal di kampung, tentu banyak petualangan yang mereka lakukan.
Hingga satu saat, petualangan mereka terlalu jauh dan berakhir di hutan Cirancah. Hutan perawan yang terjaga dengan baik. Memasukinya seperti masuk ke dunia lain. Ada jalan setapak yang terlihat dari jalan raya. Saat melangkah ke dalamnya, mereka disambut dengan pohon-pohon yang tinggi dan rapat. Bunga-bunga anggrek yang indah bertengger di batangnya.
Fajar, Rahmat dan beberapa kawannya bersorak kegirangan ketika bertemu sungai kecil di tengah hutan. Mereka berlomba membasuh muka dan cekikikan karena air yang sangat dingin. Kembali berjalan semakin dalam karena kabarnya di bagian atas hutan akan bertemu lapangan besar.
“Mat, katanya di sini ada batu tempat petilasan Guru Gantangan.” Terdengar suara Munir di belakang.
“Saha eta?” tanya Fajar.
“Putranya Prabu Siliwangi. Tapi karena cacat dia memilih mengembara sampai ke sini. Nah hutan ini jadi salah satu tempat bertapanya Guru Gantangan. Dari sini beliau pindah lagi dan mendirikan kekuasaan di Rajadesa,” panjang lebar Rahmat bercerita.
“Tapi aku mah nggak tahu di mana batu petilasannya.”
Baru saja Rahmat berhenti berbicara, tiba-tiba Fajar sudah jatuh di atas sebuah batu yang lebar. Seketika Rahmat melihat sekeliling, sepertinya inilah tempat petilasan itu. Mereka semua tiba-tiba terdiam. Jelas mata-mata mereka menampakkan ketakutan. Sambil menyeret Fajar yang terlihat kebingungan, mereka segera berlari keluar. Dan sejak saat itulah, Fajar mulai terlihat aneh.
Dari kejauhan Rahmat melihat ustaz Zainuddin sedang meruqyah Fajar. Para pendekar pondok yang juga para ustaz berkali-kali kena cakaran Fajar. Gerakannya benar-benar seperti harimau yang melompat kesana kemari dengan lincah. Puncaknya saat dia menaiki sebuah tiang menghindari kejaran para pendekar. Semua mata terbelalak dibuatnya, melihat Fajar yang bergelantungan di tiang.
Tiba-tiba Rahmat berlari mendekati Fajar dan berteriak memintanya turun. Ustaz Zainudin yang tidak melihat Rahmat berlari, tahu ada bahaya besar mengancam…
Bersambung
Link Bagian 1 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Link Bagian 2 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Link Bagian 3 Cengkeram Sopla di Hutan Cirancah
Rahmat, Fajar, sama Abrar itu temen??
BalasHapus