HeaderBundaLillah

Nikmat Masakan Bunda

2 komentar

 

Cerita Pendek



Ryan berlari keluar rumah. Ini sudah menjelang waktunya makan. Hhmm pasti sebentar lagi bunda akan memintanya makan. Ryan bahkan sampai lupa memakai sandal tadi. Duduk di bawah pohon, Ryan takut ketahuan bunda.

    “Ryan…ayo makan!” tiba-tiba terdengar suara bunda di pintu. Tuh kan, bunda pasti cari. Ryan merasa kesal di hati karena masih mau main. Waktu mainnya bakal kepotong karena makan. Habis itu juga pasti harus tidur siang.

Ryan masih duduk bersungut-sungut saat bunda menemukannya.

    “Anak Bunda lagi ngapain di sini? Panas lho sayang,” tegur bunda sambil tersenyum.

Ryan melihat bunda masih dengan wajah masam. Tapi melihat senyum bunda, hati Ryan luluh seketika. Ia langsung menyambut uluran tangan bunda dan masuk ke dalam rumah.

===

Bukannya Ryan gak suka makan, tapi bunda nggak pernah mengizinkannya makan sambil melihat televisi atau memegang handphone. Padahal teman-temannya rata-rata begitu.

Bunda bilang kalau makan harus fokus. Makanan dikunyah pelan-pelan sambil dinikmati. Harus mensyukuri makanan yang disajikan. Itu yang buat Ryan bete sebenarnya.

    “Bunda, boleh dong sekali-kali Ryan makan sambil liat YouTube.” Ryan mulai merajuk. Bunda tersenyum sambil mengusap kepala Ryan.

    “Anak Bunda saleh pasti sudah tahun jawabannya kan? Lagian, makan itu cuma sebentar sayang. Nanti setelah makan, Ryan masih punya banyak waktu buat main.” Ryan hanya pasrah mendengar jawaban bunda. Bunda memang benar, cuma Ryan saja yang belum menerimanya.

===

Bunda sakit!

Ryan kaget saat pulang sekolah dan tidak mendapati bunda di rumah. Mbok Sumi bilang kalau bunda pingsan dan akhirnya dibawa ke rumah sakit. Katanya gula darah bunda naik lagi. Ryan sedih mendengarnya. Biasanya setiap pulang sekolah ada bunda yang menunggu dan menyambutnya.

Setelah berganti pakaian, Ryan langsung ke meja makan. Perutnya lapar sekali. Dia membawa handphone di tangannya. Mumpung bunda nggak ada, dia bisa makan sambil nonton YouTube.

Di tengah makan tiba-tiba Ryan berhenti menyuap. Uhuk…rasa masakan ini tidak seperti masakan bunda. Terlalu asin dan juga pedas.

    “Mbok…bisa ganti makanannya gak?” Ryan mendekati mbok Sumi di dapur

    “Kenapa mas Ryan?”

    “Asin sama pedas Mbok yang tadi. Ryan gak kuat.”

    “Oh, maaf ya sayang. Mbok belum tahu selera mas Ryan.”

Sambil menunggu mbok Sumi membuatkan makanan yang lainnya, Ryan merasakan kesedihan yang lebih dalam. Sudah tidak bisa bertemu bunda, sekarang Ryan juga menyadari nggak bisa merasakan masakannya.

Buat Ryan, masakan bunda itu paling lezat. Ayah juga bilang begitu. Makanya Ayah selalu bawa masakan bunda untuk bekal. Tanpa terasa, air mata menetes di pipi Ryan.

Bunda, Ryan kangen. Ryan janji nanti bakal makan semua masakan bunda. Bunda cepet sembuh ya, tulis Ryan di chat whatsapp ke bunda setelah naik ke kamar. Tak lama bunda mengirim emoticon senyum dan peluk yang membuat hati Ryan tenang.

Malam itu Ryan tidur memakai bantal bunda. Rindunya pada bunda membuatnya bermimpi menikmati masakan bunda.

 

 

Related Posts

2 komentar

  1. Iya benar nih, kadang kalau kehilangan baru mengerti berharganya masakan bunda..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang pernah mondok, yang kos saat kuliah atau bahkan sudah menikah, pasti pernah merasakan rindu ini.

      Hapus

Posting Komentar