Ternyata gegara aplikasi TikTok, film Turki yang sebenarnya sudah tayang sejak empat tahun lalu, kemudian menjadi viral. Ayla: The Daughter of War judul film itu, mampu membuat kita menghabiskan banyak tisu yang tak sia-sia.
Diangkat dari kisah nyata dengan jalan cerita yang luar biasa, rasanya tak percaya ada hal seperti itu di dunia. Bagaimana kasih sayang seorang ayah yang tak lekang oleh waktu, meski mereka tidak memiliki pertalian darah sama sekali, bisa dipertemukan kembali setelah tiga dekade.
Sebenarnya, sebelum akhirnya menonton film ini di YouTube, jauh sebelumnya Bunda sudah melihat film dokumenter mereka yang dibuat di tahun 2010. Waktu itu lagi seneng-senengnya lihat acara orang-orang yang akhirnya bertemu setelah lama terpisahkan.
Nah, pas gak sengaja lihat di TikTok, langsung meluncur dong cari di YouTube. Langsung nonton meski durasinya lebih dari dua jam. Dan segitu lama, sama sekali tidak terasa lama karena bagusnya jalan cerita, ditambah seting tempat yang nggak kaleng-kaleng. Baguuuuus banget!
Latar Belakang Film Ayla: The Daughter of War
Setelah Perang Dunia II, banyak pihak berusaha memperjuangkan perdamaian dunia. Tetapi pasukan sekutu yang yang waktu itu menjadi pemenang malah saling jegal satu dengan yang lainnya.
Persaingan antara Uni Soviet dan Amerika yang merupakan representasi dari blok komunis dan blok kapitalis mengakibatkan timbulnya perang dingin.
Jahatnya mereka. perang dingin ini dimulai dengan melancarkan Perang Korea. Tidak cukup hanya di situ, mereka pun melakukan berbagai proxy war di belahan dunia dengan tujuan membangun dan mempertahankan ideologi mereka.
Invasi ini adalah aksi militer pertama di Perang Dingin. Pada Juli 1950 pasukan Amerika Serikat memasuki medan perang atas nama Korea Selatan, dan seperti biasa mereka memerangi komunisme. Perang Korea berlangsung 3 tahun dengan berakhir pada Juli 1953. Secara total sekitar 5 juta tentara dan warga sipil tewas dalam perang ini.
Saat kemudian Korea Utara menginvasi Korea Selatan, Turki memutuskan untuk mengirim pasukannya untuk membantu Korea Selatan. Di bawah komando Jenderal Tahsin Yazici, lima ribuan tentara dikirim ke Republik Korea.
Sinopsis Film
Sersan Suleyman Dilbirligi, yang saat itu berusia 25 tahun, adalah salah satu dari ribuan tentara Turki yang pergi ke Korea dengan sukarela. Padahal saat itu dia sudah bertunangan dengan seorang perempuan yang dicintainya. Dia merasa terpanggil meski sang tunangan menahannya.
Satu malam setibanya di Korea Selatan, Suleyman dan teman-temannya harus menghadapi pertempuran sengit. Saat akan kembali ke markas, Suleyman dikejutkan dengan adanya sesosok gadis kecil yang tengah kedinginan. Ia pun tanpa ragu membawanya ke markas. Tapi ternyata gadis kecil itu tidak bisa berbicara sehingga diberikan nama “Ayla” yang artinya bulan dalam Bahasa Turki.
Pada awalnya, komandan pasukan Suleyman tidak menyukai keberadaan Ayla di tengah-tengah mereka. Tapi untuk mengembalikan Ayla pun mereka tidak tahu harus ke mana. Kondisi Korea Selatan yang porak poranda tidak memungkinkan mereka untuk mencari keluarga Ayla.
Suleyman bahkan kemudian mengajarkan Ayla untuk memanggilnya Baba, panggilan Ayah dalam Bahasa Turki. Tidak hanya Suleyman, teman-temannya yang lain pun sangat menyayangi Ayla. Mereka tak lupa mengajarkan Bahasa Turki dan hal lainnya kepada Ayla.
Satu momen mengharukan terjadi ketika akhirnya Ayla berbicara. Saat baris berbaris yang dipimpin oleh komandan, tetiba Ayla ikut memberikan aba-aba yang membuat semua orang terkesima. Sejak saat itu, Ayla semakin banyak berkomunikasi kepada sang Baba juga kawan-kawannya.
Puncak keharuan terjadi ketika Suleyman dinyatakan selesai misinya di Turki untuk diganti dengan pasukan lain yang akan datang dari Turki. Dia berusaha mengulur waktu karena tidak mau berpisah dengan Ayla. Padahal saat itu Turki sudah membuat panti asuhan untuk menampung anak-anak Korea Selatan yang kehilangan keluarganya, Ankara School namanya.
Perpisahan pun tidak bisa dielakkan, meski berbagai upaya sudah dilakukan Suleyman untuk membawa Ayla ke Turki. Suleyman pun kembali ke Turki dengan membawa kerinduan yang amat dalam kepada Ayla. Sesampai di Turki ternyata tunangannya telah memilih yang lain, dengan rasa kecewa ia pun meminta sang ibu mencarikannya istri.
Sang istri lah yang kemudian terus mendukungnya untuk mencari kabar tentang Ayla. Puluhan tahun berlalu dan mereka pun telah dikaruniai tiga anak, tapi kerinduan Suleyman kepada Ayla tidak pernah padam. Bagaimana akhirnya pertemuan Suleyman dan Ayla setelah 60 tahun berlalu, simak sendiri ya Mommies di filmnya.
Nilai-Nilai Positif
Menonton film ini tak pernah merasa merugi. Alur cerita yang dinamis dengan pemain-pemain yang pas karakternya, mengajarkan kita banyak hal, di antaranya:
1. Cinta hadir dari hati
Film ini mengajarkan bahwa cinta bisa hadir dari mana saja, tak perlu harus memiliki ikatan darah. Mungkin kita kerap mendengar pada keluarga yang mengadopsi anak, mereka selalu mengatakan bahwa memang sang anak tidak lahir dari rahimnya, tetapi dari hatinya.
Ini pula yang terjadi antara Ayla kecil dengan Suleyman. Selama 15 bulan mereka bersama, pasti melahirkan kasih sayang dan kedekatan yang tidak biasa. Naluri seorang ayah kepada anaknya begitu kuat sehingga tak rela berpisah dan melakukan berbagai cara untuk selalu bersama.
2. Sisi humanis sebuah perang
Di sini pun digambarkan bahwa kehadiran tentara Turki membawa banyak kebaikan bagi rakyat Korea Selatan. Di sana mereka mendirikan panti asuhan dengan nama Ankara School. Korea pun hingga kini tetap mengenang kebaikan mereka.
Peperangan yang selalu identik dengan kekerasan ternyata selalu memiliki sisi kemanusiaan. Adanya Ayla menjadi hiburan tersendiri bagi Suleyman dan kawan-kawannya. Mereka selalu sigap menjaga Ayla jika Suleyman menjalani tugas di luar markas.
3. Lelaki dipegang janjinya
Buat sebagian orang, adalah wajar jika kemudian Suleyman melupakan Ayla. Toh bukan anak kandungnya dan mereka tinggal berjauhan. Tapi janji seorang ayah untuk menjemput kembali anaknya menjadi utang bagi seorang Suleyman.
Berulang kali dia mendatangi kedubes Korea Selatan untuk mencari Ayla, namun tak berbuah hasil. Bukti yang dia miliki hanya foto-fota lama dan nama Alya yang dia titipkan di panti asuhan Ankara School.
Tiga dekade berlalu, janji itu akhirnya Suleyman tepati. Atas bantuan stasiun televise, pertemuan mengharukan itu pun terjadi.
Masyaallah Mommies, jangan sampai melewatkan film ini ya. Bisa jadi cara pandang dan nilai kebaikan yang Bunda dapatkan akan sangat berbeda dengan yang Mommies lihat. Yang sudah nonton…boleh dong komennya tentang film Ayla: The Daughter of War.
di instagram saya pun banyak wari-wiri tentang film ayla ini. Baca sinopsis nya sedih banget, tapi belum kesampaian nontonnya. Masukin movie list dulu buat rencana nonton Ayla
BalasHapusBerharga banget buat ditonton Pak. Apalagi ini tentang hubungan kasih sayang anak dengan ayah.
BalasHapus