Pernah dengar kalimat “Man Jadda Wajada”? Yup, quote Bahasa Arab ini dipopulerkan kembali oleh penulis Ahmad Fuadi dalam novel best sellernya yang berjudul Negeri Lima Menara. Kutipan bijak ini menjadi viral dan digunakan di banyak tempat, mulai dari nama komunitas hingga kedai makan. Merujuk pada maknanya memang pas sekali disematkan di manapun.
Banyak orang yang kini semakin mengenal dan menyukai quote, karena kata-kata yang tersurat di dalamnya mengandung makna tersirat yang dalam. Dalam Bahasa Arab, kutipan atau quote dikenal dengan al hikam, yakni kata-kata bijak. Kumpulan al hikam kerap dihafal sehingga dikenal dengan istilah mahfuzhat.
Yang pernah menyandang gelar santri, pasti tahu banget dengan mata pelajaran Mahfuzhat. Sejak kelas satu kuliyyatul mu’allimat, mahfuzhat ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan. Di awal biasanya diajarkan materi yang masih sederhana, ya seperti man jadda wajada tadi. Santri akan diminta menghafal berikut maknanya, kemudian ustaz pun akan menjelaskan makna dan penggunaan kalimat itu dalam kehidupan.
Tujuan dan Manfaat Menghafal Al Hikam, Quotes Bahasa Arab
1. Memotivasi hati yang sedang gundah
Setiap orang biasanya akan lebih mengena saat dimotivasi dengan kata-kata yang sedikit namun bermakna dalam. Beberapa orang menuliskan quote yang mereka sukai untuk kemudian ditempelkan di tempat yang mudah terlihat. Sebagian lagi menyelipkannya dalam buku atau diary. Kapanpun mereka membutuhkan motivasi, tinggal dilihat kembali.
2. Menambah kosa kata dalam Bahasa Arab
Di awal masuk pesantren, tentu saja para santri belum banyak menguasai kosa kata Bahasa Arab. Pelajaran ini menjadi salah satu sarana mereka memperbanyak hafalan kosa kata.
3. Memperkuat hafalan
Namanya saja mahfuzhat alias sesuatu yang dihafal. Maka biasanya ustaz akan mengajarkan dengan berulang-ulang menghafalnya. Teknik seperti ini sangat membantu para santri untuk bisa menghafal dalam jumlah yang banyak, mengingat hampir seluruh pelajaran di pondok harus dihafal.
4. Menguatkan mental
Al Hikam ini diajarkan, di antaranya adalah sebagai penguat mental santri yang harus hidup berjauhan dengan keluarga. Banyak bunyi al hikam yang insyaallah menjadikan mereka kuat hidup dalam kemandirian. Bahkan biasanya di pondok, al hikam ini ditulis menjadi hiasan dinding lewat kaligrafi yang indah.
5. Menjadi falsafah hidup
Sejatinya al hikam ditulis berdasarkan inspirasi ayat juga hadits, beberapa di antaranya juga adalah perkataan sahabat Rasulullah saw. Maka wajar jika al hikam ini seolah menjadi mantra dalam kehidupan para santri.
6. Menanamkan sifat keluhuran budi
Banyak kalimat dalam al hikam yang mengajarkan tentang adab. Kemuliaan seseorang akan tercermin dari akhlaknya. Maka pembelajaran tentang al hikam, akan membantu sekali dalam pembentukan karakter mulia.
7. Mengajarkan tentang keyakinan dalam menjalani hidup
Seringkali hidup mengombang ambingkan kita dalam pilihan tak berujung. Ternyata beberapa ulama menangkap fenomena ini dan menuliskan kata-kata bijak untuk menguatkan manusia.
Jenis-Jenis Mahfuzhat Berdasarkan Tema
www.pontren.com |
1. Berkaitan dengan ilmu
خَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ
Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku
العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلاَ ثَمَر
Ilmu tiada amalan bagaikan pohon tidak berbuah.
2. Motivasi hidup
مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ
Barang siapa berjalan pada jalannya sampailah ia (kepada tujuannya)
اِجْهَدْ وَلاَ تَكْسَلْ وَلاَ تَكُ غَافِلاً فَنَدَامَةُ العُقْبىَ لِمَنْ يَتَكاَسَلُ
Bersungguh-sungguhlah dan janganlah bermalas-malasan dan jangan pula lengah, karena
penyesalan itu bagi orang yang bermalas-malas.
3. Pergaulan
مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ
Barang siapa sedikit benarnya/kejujurannya, sedikit pulalah temannya.
مَوَدَّةُ الصَّدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِّيْقِ
Kecintaan/ketulusan teman itu, akan tampak pada waktu sempit
4. Berkenaan dengan waktu
لَنْ تَرْجِعَ الأَياَّمُ الَّتيِ مَضَتْ
Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu
الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَّهَبِ
Waktu itu lebih mahal daripada emas.
5. Adab
الشرف بالأدب لا بالنسب
Kemuliaan itu karena adab kesopanan (budi pekerti) bukan karena keturunan
خَيْرُ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً وَأَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik manusia itu, adalah yang terlebih baik budi pekertinya dan yang lebih bermanfaat bagi manusia
Kutipan Favorit
Sebelum masuk ke kutipan favorit bunda, jadi yang perlu diketahui adalah, mata pelajaran mahfuzhat ini berlangsung hingga bunda duduk di kelas empat kuliyyatul mu’allimat atau setara dengan kelas 1 SMA. Cukup lama ya. Bisa jadi memang selama itu pula kami para santri harus dikuatkan, hehehe
Jika di kelas satu dan dua, kalimat masih satu baris dan maksimal hanya lima hingga enam kata, maka di kelas selanjutnya barisan al hikam semakin panjang. Di kelas empat pelajaran mahfuzhat ini sudah berbaris-baris menyerupai puisi. Nah, salah satu kutipan favorit bunda adalah cuplikan kisah Imam Syafii.
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي
فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي
وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ
وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
"Aku pernah mengadukan kepada Waki' tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat." (I'anatuth Tholibin, 2: 190)
Apa yang membuat seorang Imam Syafii, ahli fiqh jenius yang terpaksa harus menutup telinga jika keluar rumah karena saking mudahnya menghafal apa yang ia dengar, kemudian mengalami kesulitan dalam hafalan? Padahal dalam sebuat riwayat dari Imam Asy-Syafi’i, ia berkata, "Aku telah menghafal Al-Qur'an ketika berumur 7 tahun. Aku pun telah menghafal kitab Al-Muwatho' ketika berumur 10 tahun. Ketika berusia 15 tahun, aku pun sudah berfatwa." (Thorh At Tatsrib, 1: 95-96).
Ada beberapa versi kisah yang membuatnya kesulitan menghafal, namun bunda kutipkan salah satunya saja. Satu ketika, Imam Syafii harus pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan keluarganya. Tiba di tukang kurma, sambil menanti sang penjual melayaninya, Imam Syafii sempat memakan satu butir kurma yang bukan merupakan haknya. Beliau teringat ketika sudah sampai rumah. Peristiwa ini begitu mengganggunya hingga ia kemudian mengalami kesulitan untuk konsentrasi dan menghafal.
Nah sebagaimana yang kita baca di al hikam di atas, Imam Syafii meluahkan kegundahan hati kepada gurunya yakni Imam Waki’. Dan rupanya hal kecil yang ia tak sengaja melakukannya telah dihitung sebagai maksiat sehingga menutup dirinya dari mendapat cahaya Allah. Subhanallah, hal remeh yang barangkali kita pun kadang melakukannya. Begitulah penjagaan luar biasa yang Allah lakukan terhadap hamba-Nya yang bertakwa.
Jujur, ini al hikam yang paling menyentuh di hati bunda dan hafal hingga kini. Bahkan saking ngefansnya sama kutipan ini, sampai bunda tulis menjadi bagian skripsi! Sampai saat ini pun, setiap kali bunda mengalami kesulitan saat menghafal atau murojaah Al Qur’an, sontak teringat ini. Biasanya bunda buru-buru istigfar dan berwudu agar dimudahkan kembali.
Pasti mommies juga punya ya quote motivasi yang jadi favorit. Boleh dong ditulis di komen. Atau barangkali ada yang hafal quotes dalam Bahasa Arab? Makin seru nih. Berbagi ya.. Salam hangat.
Saya kok suka banget ya baca quote2 Arab gini, kalimatnya itu singkat tapi nancep gitu. Hasil dari pemikiran dengan bashiroh jernih kali ya bu lil
BalasHapusCiri khas Rasulullah yang kemudian diikuti ummatnya. Padat tapi kaya makna.
HapusSuka quite favoritnya Bunda. Kalau saya bukan quote bahasa arab. Ini quote dadakan saya. Soalnya gak punya quote favorit. "There's always the first time". Jadi kalau saya ragu mencoba hal baru, saya bakal diingetin quote itu.
BalasHapusYup...
HapusBetul juga ya
Segala sesuatu pasti ada awalnya. Kalau gak mau nyoba, gimana mau bisa...
Keren
Makjleb buatku bun. Hafal Al Quran juga berapa surah masih dihitung jari. Nambah hafalan jarang tapi maksiat sering jadilah makin berkurang :")
BalasHapusYa Allah...
HapusJangan patah semangat mbak.
Terpenting adalah usaha kita. Allah kan gak lihat hasil, tapi proses.
Yuk ah, Sama-sama semangat!
Saya suka quotenya. Kalau saya, yang saya ingat terus dan bisa jadi tambah semangat, nasehat dari suami, yang diambil dari hadits,"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain."
BalasHapusBetul, harus jadi prinsip semua muslim ini. Karena dalam hadits pun dikatakan, orang cerdas itu yang paling banyak manfaatnya utk orang lain.
HapusMasya Allah, makjleb aku bacanya. Pantesan hafalanku stagnan, ga nambah-nambah. Kebanyakan maksiatnya nih pasti, huhuhu. Aku baru tahu kalau al hikam ternyata artinya quotes. Jadi pengen balik zaman sekolah, terus minta mondok sama ortu, wkwk.
BalasHapusTetep semangat yuk... InsyaAllah perbanyak niat baik dan doa, Allah akan mudahkan.
HapusKarena gak bisa balik, Ifa ma Affan aja yang disempetin mondok. 3 tahun cukup 😊
Wow mahfuzhat, jadi ingat saat mengenal kata ini waktu ngajar di pondok. Tapi tetep aja nggak bisa paham kalau nggak diterjemahkan, maklum parah bahasa Arabku dah belajar tapi nggak maju-maju.
BalasHapusWah, pernah ngajar di pondok...
HapusSaya malah belum pernah karena langsung kuliah
~ Kemuliaan itu karena adab kesopanan (budi pekerti) bukan karena keturunan. Setuju banget dengan qoute itu. Adab adalah yang utama sebelum ilmu.
BalasHapusIlmu tanpa adab adalah hal yang sia-sia
Betul banget pak.
HapusPR sebagai pendidik, bagaimana para siswa harus lebih mengedepankan akhlaq dalam segala hal