Tentu tidak mudah bisa menggelar seminar bersama pak Cah. Tokoh panutan keluarga Indonesia yang sudah melanglang buana ini, waktunya luar biasa padat. Bukan hanya menjadi konselor ketahanan keluarga, pembicara pada berbagai kajian dan seminar, tapi juga beliau adalah penulis andal dengan karya serinya yang terkenal yakni “Wonderful Family”.
Pernah mendapat penghargaan Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019 dari Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X, menunjukkan prestasinya yang luar biasa di ranah pendidikan keluarga. Sementara penghargaan sebagai “Kompasioner Terbaik 2014” mengukuhkan posisinya di jajaran penulis terbaik Indonesia.
Pemilik nama lengkap Cahyadi Takariawan ini belakangan juga membuka kelas menulis online bersama sang istri, Ida Nurlaila. Kebetulan bunda pernah ikut sekali di kelas artikel. Beliau terjun langsung sebagai mentor dan membantu banyak orang untuk juga bisa menjadi penulis sepertinya.
Seminar Bersama Pah Cah dan Bu Ida
Penghujung tahun lalu, tepatnya di tanggal 23 November 2019, organisasi wanita Salimah PC Bojonggede berhasil menghadirkan pak Cah dan istri untuk menjadi pembicara. Kesuksesan acara itu ditandai dengan hadirnya peserta baik suami maupun istri hingga mencapai 800an orang. Bersyukur, aula masjid Ummul Quro milik Puslitbang Polri di sekitaran Bilabong sangat luas, sehingga peserta tetap nyaman mengikuti acara hingga siang.
Mengusung tema “Membangun Keluarga Kuat Hingga ke Surga”, panitia berharap seminar ini mampu mencerahkan pandangan banyak pasutri untuk memperkuat tali perkawinan mereka hingga sampai ke ujungnya, yakni surga.
Lucunya, bunda yang baru saja kembali tinggal di Bogor setelah lima tahun merasakan pahit manis tinggal di kota Semarang, didapuk menjadi moderator untuk menemani pak Cah dan bu Ida. Masyaallah…merasa beruntung sekali rasanya bisa belajar langsung dari jarak dekat dengan pasangan fenomenal ini.
Sesi 1, Bu Ida
Mengawali pembicaraan, bu Ida yang pembawaannya kalem, ternyata mampu memancing peserta dengan candaan sederhana juga kisah-kisah yang menggugah. Seabrek pengalaman hidup dan trampilnya membantu banyak pasutri dalam mengatasi masalah rumah tangga, membuat pembicaraannya menjadi hidup.
Berbicara soal ciri keluarga kuat , ternyata telah dijajak pendapat selama kurun 30 tahun di 40 negara dan menghasilkan penemuan ada enam ciri keluarga kuat. Berbeda dengan kebanyakan negara, Indonesia yang dikenal dengan keramahan dan gotong royongnya, ternyata menambahkan ciri ketujuh melalui penelitian yang dikeluarkan oleh BPPM DIY dan UGM.
1. Apresiasi dan Afeksi
Bentuk apresiasi pada keluarga tangguh adalah saling peduli satu dengan yang lainnya, terbentuk suasana persahabatan antar anggota keluarga, terdapat penghormatan atas individualitas, mampu menciptakan suasana humor dan aktivititas yang menyenangkan.
Sementara bentuk afeksi dalam keluarga tangguh adalah memberikan perhatian satu dengan yang lainnya dengan cara yang tepat dan mengekspresikan cinta sesuai harapan pasangan.
5 Tangki Cinta
Rupanya, setiap orang memiliki tangki cinta yang berbeda, salah dalam mengisinya, maka akan fatal akibatnya. Bisa jadi pasangan tidak merasa terpenuhi kebutuhan cintanya, sehingga kerap memilih jalan pintas untuk berpisah.
- Kata-kata Afirmasi
Pemilik bahasa cinta ini baru akan terbuai kebahagiannya jika dipuji, dirayu, dimotivasi dan diekspresikan cintanya dengan kata-kata.
- Waktu Berkualitas
Pemilik bahasa cinta ini merasa sangat senang jika selalu ditemani dan dibersamai oleh pasangannya.
- Hadiah
Pemilik bahasa cinta ini merasa sangat bahagia dengan aneka jenis hadiah. Mereka tidak akan melihat dari harga, tapi baginya ini merupakan bentuk perhatian yang nyata.
- Tindakan Pelayanan
Pemilik bahasa cinta ini sangat senang dengan berbagai bentuk pelayanan atau bantuan dari pasangannya.
- Sentuhan Fisik
Pemilik Bahasa cinta ini akan sangat bahagia jika sering mendapatkan sentuhan fisik yang lembut. Belaian, genggaman, usapan, pijitan, pelukan dan bentuk sentuhan fisik lainnya akan menenangkannya.
2. Komunikasi Positif
Selalu berusaha agar komunikasi yang terjadi dalam keluarga harus positif. Hindari komunikasi negatif yang hanya menyakiti dan melukai. Hal ini bisa diwujudkan dengan saling memberi pujian secara tulus, saling berbagi perasaan, menghindari saling menyalahkan dan mampu berkompromi dalam hal-hal yang berbeda.
Sesi 2, Pak Cah
Melanjutkan pemaparan bu Ida, pak Cah menyentil para suami istri yang hadir dengan menanyakan,”Seberapa kenal setiap suami dan istri terhadap pasangannya masing-masing?”
Kenal bukan semata tahu ukuran sepatu, tanggal lahir, tanggal pernikahan yang itu pun kadang terlupakan, hadeuuuh. Maka meluncur ke poin ketiga, pak Cah banyak mengulik mengenai ini.
3. Komitmen pada Keluarga
Komitmen pada keluarga bisa terwujud dengan adanya saling percaya satu dengan yang lain, tidak mudah curiga, mengembangkan kejujuran, memiliki sikap saling bergantung juga diikat dengan kesetiaan yang tinggi.
Salah satu sisi komitmen adalah pengenalan terhadap pasangan. Jawab pertanyaan berikut untuk melihat sejauh mana kita mengenal pasangan.
- Apakah keinginannya akhir-akhir ini yang belum terwujud?
- Apakah hal yang merisaukannya akhir-akhir ini?
- Hadiah apa yang jika kamu berikan sekarang akan sangat membahagiakannya karena paling sesuai kebutuhannya?
- Hal-hal apa yang sangat sensitif untuk dibicarakan dengan pasangan anda saat ini?
4. Menikmati Waktu bersama Keluarga
Memiliki banyak waktu berkualitas untuk keluarga, menikmati kehadiran anggota keluarga, mampu berbagi hal-hal yang menyenangkan meski sederhana, beribadah bersama,berkegiatan bersama.
Buat aturan family time seperti:
- Harus meluangkan waktu bersama meski hanya sepekan sekali
- Jauhkan diri dari gadget saat bersama
- Putuskan komunikasi dengan pihak luar
- Nikmati aktifitas bersama
- Ciptakan keasyikan bersama
- Jauhi pertengkaran dan konflik
5. Kesejahteraan Spiritual
Hal yang menarik saat membahas ini adalah peserta sampai pada kesimpulan bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul adalah pondasi yang bisa memberikan arah serta tujuan yang jelas dalam perjalanan hidup berumah tangga.
Dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul akan sanggup menyelesaikan permasalahan-permasalahan kehidupan rumah tangga karena senantiasa mengembalikan kepada kaidah-kaidah kokoh yang telah teruji.
6. Kemampuan Mengelola Stress dan Krisis secara Efektif
Ketrampilan keluarga dalam beradaptasi terhadap permasalahan yang muncul. Memandang krisis sebagai tantangan, mampu tetap berkembang saat melalui krisis, terbuka akan perubahan sekaligus memiliki daya lenting yang tinggi atau disebut juga dengan resiliansi.
7. Kebermaknaan Sosial
Keluarga kuat adalah keluarga yang selalu memiliki hubungan sosial yang baik. Mereka saling membantu dengan tetangga, saling meringankan beban, menghayati makna kebersamaan dengan masyarakat dan juga terhubung dengan masyarakat.
Di akhir, pak Cah berharap setiap pasutri yang hadir mampu merayakan cinta hingga akhir usia. Semua tumbuh bersama, menua bersama, tetap setia hingga akhir usia dan bahagia hingga ke surga. Terdengar indah tapi pasti tidak mudah. Meski tidak mudah pasti selalu ada cara mewujudkannya.
Dan seminar bersama pak Cah yang banjir pertanyaan juga hadiah akhirnya berakhir menjelang azan zuhur. Bunda selaku moderator sempat membacakan satu puisi tulisan pak Cah sendiri. Mudah-mudahan seluruh peserta pulang dengan keadaan berseri. Ammiiin…
Menarik banget yang bagian lima bahasa cinta
BalasHapusBetul mbak.
HapusBunda yang dah menikah dua dekade saja terbengong2 dapat ilmu ini. Alhamdulillah
masya Allah ilmunya bun,,, semoga nanti bisa diterapkan ketika sudah halal
BalasHapusIhiiiiiir....
HapusInsyaallah
Enak nih jadi gak telat kayak bunda