HeaderBundaLillah

Nikmat Berbeda Dalam Perjalanan Hidup

12 komentar


 

Toleransi



Hidup itu indah, justru saat dunia diwarnai perbedaan. Nikmat berbeda membawa kita pada sikap saling memahami. Seperti puzzle yang tidak pernah sama bentuknya, tapi saat disatukan menghasilkan gambar yang menarik. Atau dengarkan harmoni orkestra yang makin ciamik saat memadukan unsur beragam alat musik. 

Dalam hidup, tidak ada satu pun ciptaan Allah yang dibuat sama persis. Bahkan mereka yang dibilang kembar identik karena berasal dari sel telur yang sama pun, tidak ada yang 100% sama. Semua Allah ciptakan unik dengan kelebihan masing-masing. 

Para penggemar komik Superman pasti tahu, ada salah satu cerita tentang penduduk kota Gotham yang tiba-tiba semuanya sama. Dari sini justru banyak permasalahan bermunculan, karena sulit membedakan mana penjahat dan mana orang baik. Tiba-tiba semua orang berwajah dan bertubuh sama seperti Superman! Ups, jadi ketahuan deh dulu kecil bunda suka semua komik 😊

Toleransi dalam Perbedaan 


Setiap menjelang akhir tahun, tiba-tiba selalu dibenturkan kata toleransi dan intoleransi di masyarakat kita. Dianggap toleran, ketika kita mau mengucapkan tahniah pada umat kristiani bahkan ikut merayakan kebahagiaan mereka. Dan tertuju kata intoleran pada mereka yang memilih diam karena ingin menjaga keselamatan akidah. Seolah toleransi hanya ada pada ranah itu. 

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ditemukan makna kata ini adalah : toleransi/to·le·ran·si/ n 1. sifat atau sikap toleran: dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh --; 2. batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; 3. penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja; 

Lebih jauh lagi, Wikipedia mengartikan toleransi atau toleran dengan ‘sabar membiarkan sesuatu’. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain. 

Nah, bisa kita simpulkan bahwa toleran adalah membiarkan dan saling menghargai sepanjang tidak menyimpang. Khusus untuk umat Islam ada pakem terkait ranah agama, yakni yang termaktub dalam surat al Kafirun 1-6 yang ditutup dengan kata-kata “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. 

Hubungan sebatas muamalah antar umat beragama, tentu harus dijaga baik. Apa sajakah itu? 
  • Bergaul dengan baik (berbicara yang santun, memberi hadiah) 
  • Saling bantu membantu, seperti misalnya memperbaiki rumah ibadah yang rusak 
  • Menjenguk yang sakit 
  • Melayat yang meninggal 
  • Hadir di resepsi pernikahan 
  • Melakukan jual beli 

Yang jelas-jelas dilarang dalam Islam adalah turut serta dalam kegiatan ibadah atau turut merayakan ritual agama lain. Adapun tentang mengucapkan tahniah hari raya mereka, para ulama berbeda pendapat. Ada yang menyatakan boleh, ada yang jelas-jelas menolak dengan tegas. Pendapat atau fatwa tersebut adalah ijtihad para ulama sebagai bentuk kehati-hatian agar terjauhkan dari dosa. Karena hati-hati dalam bertindak adalah sikap yang dianjurkan agar kita menjadi muslim bertakwa. 


Bagimu Agamamu



Perbedaan Pendapat di Kalangan Ulama 

1. Haram 

Ulama yang mengharamkan memiliki argumentasi bahwa ucapan tahniah itu memiliki konsekuensi membatalkan keimanan. Pada saat kita mengucapkan, maka kita mengakui bahwa ada Tuhan yang dilahirkan. Padahal ini bertentangan dengan surat al Ikhlas ayat 3. Hal ini dikuatkan juga dengan hadits Nabi. 

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim) 

2. Boleh 

Ulama yang membolehkan memiliki dasar bahwa ini termasuk bagian muamalah, maka mubah hukumnya dan tidak membahayakan akidah. Menjadi hak setiap pemeluk agama untuk mendapatkan penghormatan dari pemeluk agama lain. 

Terlepas dari adanya dua pendapat ini, MUI memberikan kebebasan kepada umat muslim Indonesia untuk memilih mana yang mereka yakini. Meski tetap, MUI tidak membolehkan mengikuti ritual perayaan yang diselenggarakan umat lain. u 

Semangat saling mengingatkan, tentu saja hal baik. Tetapi memaksakan kehendak bukanlah jawaban. Alih-alih kebaikan yang kita dapatkan, akhirnya perpecahan yang didapat. Ujungnya, kita bisa sangat menjunjung toleransi dengan umat lain, tetapi bahkan saling menghujat sesama muslim. 

Nikmat Berbeda 


Toleransi



Perjalanan hidup membawa bunda memahami makna toleransi dengan baik. Bunda termasuk orang yang meyakini bahwa mengucapkan tahniah adalah hal yang bisa membatalkan akidah. Padahal sejak kecil, bunda hidup berdampingan dengan saudara-saudara Katolik. 

Ibu sambung bunda adalah mualaf. Saat menikah dengan bapak, beliau memutuskan meninggalkan agama lamanya. Opung mengizinkan dengan syarat ibu membawa adiknya tinggal bersama kami. Bukan hanya om yang kemudian tinggal bersama kami, tapi ada tante dan om lainnya yang merupakan sepupu ibu. Mereka penganut Katolik yang taat dan rajin gereja. 

Hidup bersama dengan non muslim sejak kecil mengajarkan banyak hal kepada bunda. Kami tak pernah sekali pun membicarakan agama, bahkan saat keempat anak bapak kemudian masuk pesantren, tak pernah sekali pun berdebat apalagi mengejek. Sesekali bunda baca Injil juga buku kidung milik om, sekedar ingin tahu. 

Di luar rumah, saat kuliah bunda juga punya seorang teman pemeluk Protestan. Lahir dari keluarga taat, bahkan dia menjadi guru di sekolah minggu. Pertemanan kami berlanjut hingga kami melakukan kegiatan magang di luar kota. Kondisi akhirnya membuat kami harus tinggal di kamar kos yang sama dengan dua teman lainnya. 

Bunda kemudian berbicara baik-baik bahwa tidak bisa melepas hijab di hadapan Dette, nama teman itu. Dia pun maklum dan memilih tidur di pojok ranjang. Di tepi ranjang, teman bunda yang muslimah dan bunda tidur di kasur bawah. Bunda hanya membuka kerudung ke atas saat tidur dan menariknya kembali saat subuh menjelang. 

Bersama di satu kos, membuat kami belajar banyak tentang toleransi. Dette akan keluar kamar dan berdiam di ruang tengah saat kami salat berjamaah dan tadarus. Kami juga tak pernah mengajaknya staycation di kos saat akhir pekan karena tahu dia harus beribadah. Alhamdulillah hingga kini kami masih terus menjalin hubungan baik tanpa pernah mengharap kami mengucapkan tahniah satu sama lain. 

Sejatinya, nikmat berbeda itu anugerah yang luar biasa. Banyak nilai yang kita dapat dari sebuah perbedaan tanpa harus mengusik ranah pribadi satu sama lain. Percayalah, setiap kita sesungguhnya akan merasa nyaman bila diberi ruang. 

The highest result of education is tolerance
- Helen Keller -

 

Related Posts

12 komentar

  1. Toleransi itu sebenarnya indah yaa bund, kalau kita ngejalaninnya dgn ikhlas dan bs saling menerima 😍

    BalasHapus
  2. Perbedaan adalah sebuah rahmat apabila kita menyikapnya dengan bijak. Syukron bunda sudah mengingatkan

    BalasHapus
  3. Bahkan untuk yang seagama saja kita perlu memberikan ruang toleransi ya, Bun. Jadi harusnya toleransi itu untuk semua orang. Terima kasih sudah berbagi cerita, Bun.

    BalasHapus
  4. Toleransi memang butuh saling pengertian dan menghormati. Kemajemukan itu indah seperti pelangi. Kalau semua ngejalanin seperti yang Bunda lakukan. Kedamaian pasti didapat.

    BalasHapus
  5. Masya Allah bunda, membuka wawasan untuk tidak asal mengikuti tren. Jadi dengan pemahaman ini bisa menjadi tenang untuk berteman meski beda.

    BalasHapus
  6. Banyak hikmah yang bisa dipetik dari perbedaan, ya, Bunda. Insyaallah dengan saling memahami, kita bisa tetap menjaga tali silaturahmi.

    BalasHapus
  7. Masya Allah Bunda, aku juga punya saudara dan teman yang beda keyakinan dan aku juga yang meyakini buat nggak mengucapkan saat hari raya.

    BalasHapus
  8. Masya Allah, keren ya temen-temennya walaupun berbeda keyakinan tidak masalah untuk tidak saling mengucapkan hari raya satu dan lainnya

    BalasHapus
  9. Indah banget ya bun kalau toleransi benar-benar dijalankan, bukan sekadar digembar-gemborkan, tapi prakteknya nol besar.

    Lucunya yang suka menggembar-gemborkan toleransi, nggak mau terima kalau ada perbedaan pendapat. Padahal itu kan toleransi paling kecil. Bahwa tiap manusia punya prinsip dan pegangan hidup yang berbeda, jadi ya terserah mau menjalani hidup seperti apa. Termasuk soal mengucapkan selamat ini.

    Sesederhana aku meyakini nggak perlu mengucapkan hari raya satu sama lain, tapi jika ada teman yang mau melakukannya, silakan.. nggak perlu juga ngotot untuk saling memaksakan prinsip masing-masing.

    Jadi ingat podcast Deddy Corbuzier sama ustaz Khalid Basalamah beberapa waktu lalu nih...

    BalasHapus
  10. Aku heran dengan orang-orang belakangan ini. Ngotot banget agar orang lain untuk ikut pendapatnya. Kalau ada yang bertentangan langsung di cap intoleran. Padahal arti toleran itu sendiri adalah menghargai pilihan orang lain dan tidak memaksakan pendapat.
    Dari dulu kala ga pernah ada masalah jika kita tidak mengucapkan selamat pada hari besar agama lain. Namun sejak ada sosial media, semua berubah. Kita jadi mudah bertengkar dengan saudara seakidah karena tidak sependapat.

    BalasHapus
  11. Aku praktek langsung, karena setiap tinggal di tempat tinggal baru selalu punya tetangga yang beda keyakinan. Tapi kami selalu akrab. Barusan aja kejadian, pas kami harus isoman, tetangga tsb lgs peduli dan menawarkan bantuan. Beli sayuran, ngirim cemilan. Duh pokonya yah.... Terharu.

    BalasHapus
  12. Toleransi itu sangatlah penting ya bund.. harus sama sama saling menghargai dan menghormati

    BalasHapus

Posting Komentar