HeaderBundaLillah

7 Modal Menjadi Pembicara Andal

15 komentar

 

Tips Menjadi Pembicara Andal



Menjadi pembicara andal adalah hal yang mahal. Bisa jadi semua orang pun memimpikannya, termasuk bunda tentunya. Kenapa? Karena bicara bukan hanya ketrampilan dasar manusia. Dengan bicara kita bisa mentransformasikan pengetahuan, mengungkapkan harapan, menyampaikan informasi dan masih banyak lainnya. 

Berbicara sebagai kemampuan dasar manusia saja membutuhkan ketrampilan agar bisa sampai pada tujuan, apalagi berbicara di depan khalayak ramai, pasti menjadi sebuah tantangan tersendiri. Ada beberapa teknik dan skill dasar yang perlu dikuasai agar menarik perhatian pendengar sehingga target komunikasi tercapai. 

7 Modal Untuk Menjadi Pembicara Andal


1. Kenali Kemampuan Diri 


Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Memahami ini akan membuat kita belajar cara memoles kelebihan dan memperkecil kekurangan. Sebagai contoh, ada orang yang menganggap cadelnya saat berbicara adalah kelemahan, tapi ketika dia berdiri untuk presentasi, justru pendengar banyak yang menyukainya karena dianggap unik. 

Kebanyakan pembicara beranggapan bahwa panggung adalah momen mereka menampilkan skill terbaik dalam berbicara. Kita terlalu fokus memoles diri dan lupa bahwa tujuan kita berbicara adalah bisa menyentuh hati pendengar. Di akhir, yang tersisa hanyalah kekaguman dari pendengar karena kita terlihat cerdas, tapi tak tersentuh dengan isi yang disampaikan. 

Gunakan rasa jika ingin menyentuh hati. Tunjukkan bahwa kita tertarik dengan apa yang kita sampaikan sehingga pendengar pun akan merasakan gairah dan semangat yang sama. Yakini, bahwa setiap orang pasti memiliki isi yang dapat dituangkan kepada orang lain. 

2. Bangun Kepercayaan Diri 


Ada beberapa tokoh atau pembicara yang secara tongkrongan saja sudah terlihat kharismanya. Baru melihatnya saja, pendengar seolah terhipnotis untuk diam dan siap mendengarkan. Tapi yang seperti ini memang tidak bisa dibuat-buat. Bisa jadi gifted, tapi biasanya karena ketinggian ilmu yang diiringi dengan kekuatan ibadah. 

Pengalaman bunda, pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang materi yang akan kita sampaikan adalah modal terbesar dari kepercayaan diri. Maka riset dan membaca materi adalah hal yang harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Baca, baca, baca dan tulis hingga kita kuasai benar materi. 

Kepercayaan diri juga bisa terbangun dari penampilan. Penting buat kita mematut diri depan cermin dan memilih pakaian terbaik. Bayangin aja kalau tetiba baju yang kita pakai terbalik, atau kerudung ada bekas saos. Yakin deh, sepanjang ngisi, fokus kita bakal terbagi. 

Terpenting, pesan dari guru bunda adalah kuatkan hubungan dengan Allah. Usahakan salat tahajud jika esok hari ada jadwal mengisi. Sesungguhnya ini adalah bentuk ikhtiar terbaik, meminta dukungan dari Sang Pemilik hati manusia. 

3. Manfaatkan Semua Senjata 


Belum lama bunda mengikuti sebuah pengajian yang diisi oleh ustazah Cucu Musyarofah (gak usah googling ya, bunda aja gak nemu). Masyaallah, ini benar-benar paket lengkap! Kemampuan public speakingnya patut diacungi deretan jempol. 

Satu jam yang luar biasa karena beliau mampu menggiring jamaah untuk mendengarkan dengan hati. Semua dibuat tertawa, berpikir, merenung hingga ditutup dengan doa panjang yang membuat air mata berderai. 

Bunda lihat banyak sekali senjata yang beliau miliki. Suara yang bulat sempurna, bacaan Quran yang mempesona, salawat yang luar biasa, bahkan menyanyi pun merdu masuk ke telinga. Ditambah lagi tentunya kedekatan hubungan dengan Allah sangat membantunya. 

Jadi, jangan pernah ragu untuk mengembangkan kemampuan yang akan menjadi senjata kita saat berbicara ya… 

4. Jangan Takut Dengan Gugup 


Percaya atau tidak, setiap pembicara, sekali waktu pun kadang muncul rasa gugupnya. Rasa ini bisa muncul dari banyak sebab, misalnya kurang persiapan, pendengar di luar harapan (terlalu banyak atau mungkin terlalu sedikit), kondisi acara yang kurang mendukung dan lain-lain. 

Bunda biasanya mengatasi rasa gugup dengan menarik nafas panjang dan bahkan menjadikan rasa gugup itu sebagai pemantik semangat. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan jika tiba-tiba rasa gugup menyergap. Asal, jangan pernah sekali pun menyampaikan kepada pendengar tentang kegugupan dan kekhawatiran kita. 

Tidak perlu berambisi bahwa kita harus menyampaikan sesuatu yang baru kepada pendengar. Karena setiap mereka yang datang, pasti sudah membawa pengetahuan sesuai kadarnya masing-masing. Tapi yakinlah, meski dengan materi yang sama, jika pembicaranya berbeda, akan selalu ada nilai yang mereka dapatkan. 

Tips Mengatasi Rasa Gugup


5. Do Practice a Lot 


Tidak ada burung yang langsung bisa terbang dengan lihai. Tidak ada perenang unggul tanpa menceburkan diri ke dalam air. Maka jika ingin menjadi pembicara andal, tentu harus mau terjun untuk mencoba. 

Bunda bersyukur, pernah melalui momen terdiam tanpa tahu harus berkata apa saat menghadapi peserta remaja yang jumlahnya ratusan. Atau di lain waktu, pertama kali mengisi ibu-ibu perumahan, hanya sanggup berbicara 30 menit dan kemudian pulang karena blank. Juga kejadian kesulitan mengatur nafas saat tiba-tiba dihadapkan pada jamaah yang ternyata adalah para bapak. 

Salah, berlatih kemudian salah lagi dan berlatih lagi adalah solusi memperbaiki kualitas diri. Tanpa melalui kesalahan, kita tidak pernah tahu apa kekurangan kita. 

6. Kenali Pendengar 


Selalu bertanya pada penyelenggara acara, siapakah yang akan menjadi peserta acara kita. Pengetahuan akan peserta sangat membantu dalam pemilihan kata-kata yang digunakan, kisah atau contoh yang akan diberikan juga bahasa tubuh yang akan kita tampilkan. 

Bahasa yang digunakan kepada anak-anak tentu sangat berbeda dengan orang dewasa. Bahkan jamaah dewasa antara ibu-ibu perkantoran dengan ibu-ibu di pedesaan saja, ada perbedaan yang harus kita perhatikan. 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 

ادْعُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ٰ سَبِيلِ رَبِّÙƒَ بِالْØ­ِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØ­َسَÙ†َØ©ِ ۖ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ… بِالَّتِÙŠ Ù‡ِÙŠَ Ø£َØ­ْسَÙ†ُ ۚ Ø¥ِÙ†َّ رَبَّÙƒَ Ù‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِÙ…َÙ† ضَÙ„َّ عَÙ† سَبِيلِÙ‡ِ ۖ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِالْÙ…ُÙ‡ْتَدِينَ 

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl[16]: 125). 


Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Berbicaralah kepada manusia (orang lain), sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.” 

Kemudian jangan lupa untuk membangun hubungan dengan pendengar. Melibatkan pendengar dalam presentasi atau kajian kita, akan menggugah rasa ingin tahu dan semangat mereka untuk terus menyimak. 60 detik pertama, bangun hubungan dengan menatap mereka sambil tersenyum, alih-alih langsung mengucapkan salam. 

Bahasa tubuh juga akan memberikan dampak signifikan pada materi yang kita bawakan. Kekuatan bahasa tubuh dalam komunikasi bahkan mencapai 93% dibanding bahasa komunikasi lainnya. Jadikan senyuman, tatapan mata dan gerakan badan sebagai sinergi kekuatan bahasa verbal. 

7. Cari Tahu Tempat dan Fasilitas yang Disediakan 


Hal yang terkesan sepele ini kadang diabaikan. Padahal pengetahuan tentang tempat dan fasilitas, juga sangat membantu dalam proses persiapan kita sebagai pembicara. Beberapa kali mungkin kita dapati, acara yang berlangsung terlambat hanya karena alasan teknis, seperti laptop yang tidak berfungsi, kalau pun berfungsi ternyata tidak connect ke proyektor. Yang menyedihkan lagi adalah, seluruh materi sudah disusun di laptop, ternyata panitia tidak menyediakan proyektor karena tempat acara di lapangan terbuka. 

Tidak berhenti hanya sampai di situ, bunda pernah harus berceramah tanpa mic, padahal hujan di luar masjid sangat deras. Jadilah harus mengeluarkan suara perut yang keras menggelegar. Bersyukur sudah berpengalaman menjadi pemimpin juga pembina upacara, heuheu… 

Jadi jangan ragu bertanya dengan panitia mengenai lokasi, fasilitas acara dan kondisi lingkungan sekitar. 

Epilog 


Menjadi pembicara, muballigoh, muwajjih, apapun itu sebutannya, tidak pernah menjadi salah satu dari sekian banyak cita-cita bunda saat kecil. Tapi bisa jadi, pengalaman melihat kakek juga bapak bunda yang berdakwah ke berbagai tempat, tersimpan rapi dalam ingatan dan menjadi referensi saat bunda menekuni bidang ini. 

Pertama kali bunda belajar berbicara di depan orang banyak adalah saat sekolah di pesantren. Yang pernah merasakan tinggal di pesantren pasti tahu yang namanya Muhadloroh. Boleh dibilang itu adalah workshop atau diklat mingguan untuk berlatih menjadi MC, keynote speaker dan event organizer

Mungkin kebanyakan santri saat itu tidak memahami tujuan besar ini, bagaimana dilatih secara bergiliran menjadi pembicara yang berpidato dalam tiga bahasa. Di waktu lain berkesempatan menjadi pembawa acara dalam tiga bahasa juga. Tidak cukup hanya itu, juga digilir menjadi penyelenggara acara Muhadloroh yang tugasnya menata ruangan acara, menghias meja dengan taplak dan kain panjang, membuat dekorasi di papan tulis yang berisi rangkaian acara dan memastikan semua petugas sudah stand by di posisinya masing-masing. 

Berlatih selama enam tahun, akhirnya merasakan kawah candradimuka sebenarnya saat sudah tinggal di luar pondok. Kesempatan itu datang saat diminta mengisi mentoring adik tingkat di kampus. Bunda yang aslinya heboh dan gak bisa diem, terpaksa jadi kalem di hadapan mereka. Yang biasanya berbicara cepat ala betawi, kini harus belajar menata kata-demi kata. Sungguh sulit, tapi harus bisa. 

Alah bisa karena biasa, pepatah itu sangat cocok bagi yang mau terus belajar dan mengasah diri. Pengalaman demi pengalaman kemudian berdatangan dan menjadi pembelajaran yang amat baik bagi bunda. Bahkan kota Semarang, tempat di mana bunda pernah tinggal selama lebih dari lima tahun, menawarkan banyak kanal dakwah yang luar biasa. Meski belum bisa dibilang pembicara andal, tapi bunda terus berupaya belajar memperbaiki diri. Jangan ragu untuk terus belajar ya teman.. . Semangat! 

 

Berharap Menjadi Pembicara Andal

Related Posts

15 komentar

  1. masya Allah bunda, aku pun belum PD tampil di depan umum

    BalasHapus
  2. Satu saat, pasti akan terpaksa terjun. Mudah-mudahan kalau saat itu tiba, mbak Novia dah siap.

    BalasHapus
  3. Duh, aku nggak bisa kalo audience nya ada ikhwannya bund 🙈🙈

    BalasHapus
  4. Duh, aku nggak bisa kalo audience nya ada ikhwannya bund 🙈🙈

    BalasHapus
  5. Masya Allah, emang butuh praktek dan jam terbang kalau soal skill mah.

    BalasHapus
  6. Setuju bun, ala bisa karena biasa.
    kemampuan berbicara di depan publik memang sangat diperlukan sebagai salah satu modal dakwah

    BalasHapus
  7. Bagi introvert manlcam saya perlu belajar begini bun, kadang belum apa-apa udah nervous duluan, milih kerja dibalik layar hehe

    BalasHapus
  8. Masyaalloh barokalloh bun...aqu setuju utk PD kita hrs dekat dgn Allah SWT..dan tahajud itu kunci yg membuat kita PD

    BalasHapus
  9. sejujurnya selain menulis salah satu passion ku juga public speaking. semoga one day Allah izinkan menebar kebaikan dari public speaking aaamiiin :')

    BalasHapus
  10. Ini kemampuan yg ingin aku kuasai bund.
    Tapi suka abai sama Hale yg harus di persiapkan, terimakasih sudah nulis ini bund

    BalasHapus
  11. Meski udah berkali kali berdiri di depan umum, masih suka nervous di detik detik mendekati naik panggung.. gimana ngatasinnya ya

    BalasHapus
  12. Dulu sempet pengen bisa jadi pembicara gitu, terus dikasih kesempatan tapi takut terus untuk maju. Makasih tipsnya, sangat bermanfaat :)

    BalasHapus
  13. Padahal public speaking tuh salah satu skill yg penting banget, tapi masih susah sampe sekarang :")

    BalasHapus
  14. Aku jadi pengen belajar olah suara bun. Agar tiap ngajar depan kelas siaranya ga cempreng. Hehehe..

    BalasHapus
  15. ngomong biasa aja kadang masih belibet bun

    BalasHapus

Posting Komentar