HeaderBundaLillah

Menulis dan Berbagi di Blog Impian

10 komentar


Bisa ikut kelas Blogspedia Coaching yang dibesut coach Marita adalah sebuah privilege yang luar biasa. Harapan menjadi blogger profesional dengan blog impian yang memikat, sudah terpampang di depat mata. Meski semua perjalanan menulis saya pun awalnya tidak mudah.


Tak pernah mengira bahwa kini media menulis bisa sebanyak ini. Perkembangan teknologi yang semakin canggih menghasilkan kanal-kanal baru dalam dunia tulis menulis. Jika awalnya kita mengenal milis di awal era internet, maka saat ini dunia dijejali tidak hanya media cetak, namun juga media elektronik, laman sosial juga blog. Lantas terus bermunculan penulis-penulis baru yang segar, yang bisa lebih mudah menerbitkan tulisannya, seiring dengan menjamurnya penerbit dimana-mana. Hal yang tak mudah ditemui di era sebelum tahun 2000.

 

Kegemaran membaca memang berimbas besar pada kemampuan menulis. Sejak SD, setiap kali pelajaran bahasa dan subyeknya mengarang, saya selalu menghabiskan sekian lembar kertas dalam menulis. Lomba menulis pertama yang saya ikuti saat kelas 3 SD, menghasilkan juara ke 2. Meski hanya tingkat sekolah, tapi bangga rasanya bisa mengalahkan kelas-kelas di atas. Dan sejak saat itu, kesenangan menulis makin bertumbuh, hingga akhirnya di kelas 6, satu puisi saya masuk ke majalah anak-anak yang bernama Sahabat. Sejak itu pula saya keranjingan bersurat-suratan dengan beberapa sahabat pena yang saya kenal dari majalah.

 

Cinta menulis makin terasah saat masuk pondok. Saya yang terbiasa menulis puisi kala gundah, semakin produktif. Yah...gundah karena tinggal jauh dari orang tua menjadi modal tulisan-tulisan saya. Banyaknya media menulis, mulai majalah dinding kelas, koran dinding pesantren, majalah pesantren, hingga lomba-lomba, kerap saya ikuti. Tapi saat itu, tulisan bisa lolos penerbit atau dimuat di majalah, koran, adalah barang mahal. Hanya mereka yang benar-benar bagus, yang bisa merajai.

 

Kondisi di masa sebelum milenial, membuat buku diari laku di pasaran. Buat penulis receh seperti saya, diari adalah pelampiasan. Bertumpuk diari di lemari dan tak ada yang membaca selain saya. Lucunya, karena malu akhirnya buku-buku itu saya bakar. Ada yang masih menyimpan diari hingga kini? J

===

 

Era milenial adalah masa keemasan bagi penulis. Saat ini justru penerbit yang mengejar-ngejar penulis. Beberapa masuk ke sekolah-sekolah menawarkan kerjasama kepada para siswa dan guru. Dan di masa itu pula akhirnya saya mengenal blog dan membuatnya karena tuntutan di acara pelatihan guru.

 

Jujur sampai turun materi pemanasan di kelas blogspedia coaching for newbie, saya tidak terlalu paham apa manfaat blog selain untuk menulis. Bisa dibilang, blog yang pernah saya buat itu mungkin sudah dipenuhi sarang laba-laba (asal jangan dihuni hantu). Baru dikupas sedikit kulitnya saja di kelas sudah membuat saya terperangah. Masyaallah...sebesar itu blog bisa berpengaruh dalam kehidupan seorang blogger dan orang lain. Rasanya gak sabar mengulik-ngulik kedalamannya.

 

Pertanyaan besar, mengapa saya memilih blog sebagai media menulis dan kenapa harus menjadi blogger, adalah pertanyaan yang sama kenapa saya cinta menulis. Satu waktu saya pernah merenung, berapa banyak orang hebat di bumi ini, tapi mengapa tak terekam jejaknya? Mereka yang kemudian dikenal banyak orang, adalah karena dua opsi, seseorang sangat hebat hingga banyak orang merekam jejaknya, atau opsi kedua, orang itu merekam jejaknya sendiri lewat tulisan.

 

As an ordinary people, tentu pilihan saya hanyalah opsi kedua. Sama sekali bukan karena ingin dikenal, tapi ingin dikenang. Minimal jika kelak saya pergi, orang yang membaca tulisan saya  mau sekedar mengirim al fatihah. Juga punya sejumput harapan, tulisan saya bisa dibaca banyak orang dan bisa mewarnai, menginspirasi. Karena saya meyakini sejak dahulu, dakwah dengan pena ini jauh menentramkan.

 

Iqro’

Kata ini harusnya menjadi pelecut bagi umat Islam. Umat yang Allah minta untuk melek literasi. Ayo lihat sekeliling, banyak hal bisa dibaca selain tulisan. Justru bacaan kehidupan jauuuuh lebih banyak daripada yang sempat ditulis manusia. Nah…umat yang hanya membaca, ternyata katanya gak jadi pintar jika tidak menuliskannya.

 

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

Ù‚َÙŠِّدُوا الْعِÙ„ْÙ…َ بِالْÙƒِتَابِ

Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya

 Mudah-mudahan ini adalah motivasi diri saya dalam menulis, bahwa saya terus berjuang mencari ilmu.

 

Jika akhirnya saya memilih blog sebagai media menulis utama saya, lebih disebabkan banyak keistimewaan blog dibanding media lain. Blog lebih bersifat pribadi dan mampu menyimpan file dengan rapi yang sesewaktu bisa kita panggil dengan mudah. Ibarat peliharaan kesayangan, kita sendiri yang menentukan akan jadi seperti apa dia. Apakah sekedar media untuk menulis, ataukah mau berdampak hingga ke dompet? Eaaaa…

 

Terpenting, alasan blogging juga adalah kita memiliki wewenang penuh mempertanggungjawabkan hasil tulisan kita. Blog juga akan sangat membantu dalam personal branding karena sifatnya yang personal touch. Buat seorang penggiat dakwah seperti saya, personal branding menjadi penting sebagai sumber kepercayaan masyarakat

===

 

Tips Mengelola Waktu

 

Musuh terbesar penulis, selain rasa malas, adalah disiplin waktu. Ini pula yang saya rasakan selama ini, sudah lah malas…apalagi ketika otak buntu kehilangan ide, saya juga sama sekali belum memiliki kedisiplinan meluangkan waktu khusus tiap harinya dalam menulis. Ternyata lebih mudah menciptakan alasan daripada mencari solusi.

 

Nah, setelah belajar sana sini…akhirnya saya bertekad harus memulai beberapa hal berikut ini:

1.      Meluangkan waktu khusus untuk menulis.

Ternyata sama halnya dengan kegiatan wajib saya lainnya, seperti tilawah dan hafalan al Quran, dalam menulis pun harus ada slot waktu yang saya sisihkan tiap harinya. Jika kebanyakan penulis memilih waktu malam hari dengan alasan lebih tenang dan fokus, rupanya saya tidak bisa. Saya tipikal orang yang harus tidur cukup dan gak bisa begadang. Dari sini akhirnya saya memilih meluangkan waktu minimal satu jam setiap harinya, kapan pun itu.

2.      Memiliki target tulisan

Di satu komunitas menulis di FB yang pernah saya ikuti, kami pernah ditantang untuk menulis satu buku selama tiga bulan. Lantas dibreakdown secara harian, ada yang sanggup 4 halaman, 5 halaman bahkan 10 halaman. Sayangnya waktu itu saya termasuk yang belum berhasil karena mengambil terlalu banyak target.

Penting rupanya menakar diri dalam masalah target ini, sehingga tidak patah semangat saat target belum tercapai.

3.      Menepi untuk meraih semangat

Kadang ada masanya kita bosan, capek dan akhirnya buntu imajinasi. Rupanya dalam menulis pun, perlu ada penyegaran. Jadi saya memilih untuk tidak terlalu memforsir diri, dan bisa jadi menulis dilakukan secara berkala.

4.      Sedikit demi sedikit, namun konsisten.

Kebanyakan penulis menggunakan rumus the power of kepepet dalam menulis, alias ide baru muncul di detik-detik terakhir batas pengiriman atau penerbitan. Menurut saya ini termasuk yang harus dihindari karena biasanya kebuntuan akan semakin besar. Lebih baik mencicil sedikit demi sedikit dan konsisten terhadap target.

Nah...mudah-mudahkan kamu pun bisa menemukan alasan terbaik jika satu saat nanti tertarik untuk menulis blog impianmu sendiri. Yah, tidak hanya sekedar menjadi sarana orat oret, tapi yang terpenting bagaimana setiap tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang lain. Semangat!

Menulis dalam blog impian untuk berbagi




 

 

 

 

           

           

 

 

Related Posts

10 komentar

  1. Yeeey, Bu Lillah nulis di blog lagi... semoga setelah ini nggak ber'hantu' lagi ya Bu blognya, hehe.

    BalasHapus
  2. Ya Allah...pengan nangis rasanya. Matursuwun nggih mbak. Jazaakumullah khoiron katsiero

    BalasHapus
  3. Awal kenal blog cuma tau buat nulis tok,setelah kenal blogspedia coaching masyaa Allah banyak hal yang harus digali lagi ya bun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget mbak Manda, luar biasa ilmunya ya. Meski saya sih terpontal-pontal juga ngerjainnya.

      Tapi tetap semangat ...
      sukses bersama ya

      Hapus
  4. Terimakasih atas pengingat ya buuu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama bunda imut...
      saya kepoin nama aslinya belum nemu nih :)

      Hapus
  5. MaasyaAllah Bu Lillah kereen, jago nulis dari lahir. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak ajaib dong bisa nulis dari lahir...hahahahah

      Kapan nih kita meet up

      Hapus
  6. Huuuu aq sudah coba atur waktu taoi tugas yg ini huaaa.. Mepett dan huaa

    BalasHapus
  7. Mantaaaaaf...semangat terus mbak Yunis
    Besok2 semangat di awal yuk mbak

    BalasHapus

Posting Komentar