Banyak tokoh besar di
dunia, tapi hanya mereka yang tertoreh tinta, yang akan lekang lewati masa demi
masa.
Berharap bisa menjadi
bagian dari mereka yang memiliki warisan karya, pagi itu saya dan enam teman
lainnya berkunjung ke perpustakaan daerah kota Depok. Mendung yang menggelayut,
sesekali ditingkah hujan yang mulai genit, tak menyurutkan langkah kami.
Terletak di mulut gerbang
komplek balaikota, saya parkir motor di sebelah bis perpustakaan keliling.
Gedung itu berlantai tiga dengan desain interior yang cukup menarik. Disediakan
lift bagi mereka yang enggan menyusuri tangga.
Lantai 1 ada lobby dan
beberapa petugas di meja informasi. Saya lihat dua di antaranya adalah pelajar
yang sedang magang. Lobby terbilang kosong dengan beberapa sisi tembok yang
bisa digunakan untuk swafoto. Mungkin di lantai ini biasa digunakan sebagai
tempat pagelaran atau acara besar lainnya yang kerap diadakan pihak
perpustakaan.
Sayang kemarin gak sempat masuk ke ruangan anak-anak. Selain waktu yang mepet, di dalam ruangan pun sedang ada kunjungan dari sekolah dasar (ups, gak sempat nanya mereka dari mana).
Saya dan teman-teman tentu
memasuki ruang koleksi baca untuk umum. Selain jejeran buku yang tersimpan rapi
di rak-rak, pengunjung pun dimanjakan dengan koleksi digital di deretan
komputer yang bisa diakses jika kita sudah menjadi anggota.
Sayangnya bagi kami,
koleksi buku yang ada agak terbatas. Isi dari rak-rak, tidak ada satu pun yang
penuh. Rata-rata hanya terisi separuhnya...
Jujur, sayang sekali untuk
ukuran perpustakaan daerah. Apalagi kondisi bangunan yang baru, bersih dan
terawat, tentu akan semakin menyenangkan jika koleksi yang tersedia cukup
banyak.
***
Apapun...
Kondisi perpustakaan daerah
kota Depok layak mendapatkan banyak jempol. Sangat nyaman dan membuat saya
berencana kembali sambil mengajak si kecil, insyaAllah.
Berhubung saya dan
teman-teman adalah emak-emak jelita, duduk agak lama ternyata membuat kami
terkantuk-kantuk. Ditambah suasana hujan di luar, membuat perut pun unjuk gigi
mengumandangkan genderang. Akhirnya nyerah dan berakhir dengan pamit menuju
rumah makan....eaaaaa
Alhamdulillah,
mudah-mudahan niatan kami menjadi penulis yang meninggalkan karya abadi akan
terwujud. Aammiin
Diselesaikan di Cibinong sambil
menunggu antrian dokter, 28 Februari 2020
Lillah Martapermana
Posting Komentar
Posting Komentar