Saat si Dia Berkhianat
Suara whatsapp berdenting.
Aku
kurus karena tekanan batin, pernikahan keduaku terancam gagal, begitu bunyinya.
Isi chat itu sebenarnya menjawab
pertanyaan saya di halaman facebooknya, kaget melihat tulang pipi yang semakin
tirus di wajah teman masa kecil saya. Tak lama mengalirlah dengan derasnya,
semua yang dia alami. Mulai dari perselingkuhan, KDRT dan rencana bunuh dirinya
yang gagal.
Saya hanya bisa mengelus dada,
mengingat bebannya yang juga memiliki anak istimewa dari pernikahan keduanya.
Belum lagi beban ekonomi yang tidak mudah baginya karena penyakit gula yang
dideritanya, membuat dia tidak bisa banyak membantu sang suami. Harus segera
bertemu, itu agenda terdekat saya. Kerap kali kehadiran kita sudah cukup
membuat mereka yang tengah didera kesulitan, bernafas lebih lega.
Jangan
Panik!
Tidak ada orang yang bisa berlaku
tenang jika mengetahui pasangannya memiliki tambatan hati lain. Segambreng
pertanyaan akan segera muncul memenuhi benak mereka; Ada apa denganku? Kenapa
harus aku yang mengalami ini? Kurang apa aku selama ini? Apakah dia lupa dengan
semua yang sudah kami lalui? Kelebihan apa yang dia miliki, yang aku tidak
punya?
Satu demi satu pertanyaan yang
sebenarnya semakin terasa menyakitkan jika tahu jawabnya, yang akan menggerus
hati semakin dalam. Di sini tersedia pilihan, akankah dihadapi dengan emosi
atau dengan cara berkelas yang menenangkan.
Penelitian membuktikan, sikap
tenang akan menghasilkan penyelesaian yang jauh lebih baik. Upayakan berbicara
dengan pasangan tanpa melibatkan emosi, sekedar melihat reaksi awal pada mimik
dan gestur tubuhnya, karena biasanya di awal pasangan akan menyangkal.
Kumpulkan bukti sebelum berbicara, jangan menuduh hanya berdasarkan asumsi.
Bila perlu siapkan saksi.
Introspeksi
Diri
Selalu ada andil kesalahan dari
kedua belah pihak, sekecil apa pun itu. Maka melihat dulu pada diri sendiri
bisa jadi bahan kita meredam emosi. Mungkin ada pelayanan yang kurang, mungkin pemakaian
bahasa cinta yang salah pada pasangan, tapi yang utama adalah melihat kedekatan
hubungan kita kepada sang Maha. Tanpa kita sadari, kedekatan hubungan dengan
Allah menghasilkan pribadi yang lebih baik dalam berhubungan dengan manusia.
Duduk berdua dengan pasangan dan
evaluasi apa yang telah terjadi. Jangan posisikan diri sebagai korban, karena
sejatinya yang salah di mata Allah adalah yang berkhianat. Maka sampaikan bahwa
evaluasi ini bertujuan agar rumah tangga kembali sehat, tanpa ada maksiat di
dalamnya. Bicarakan dengan bahasa yang baik kepada pasangan dan ingatkan tujuan
pernikahan.
Perasaan sebagai korban hanya
akan menghasilkan emosional dalam bersikap, alih-alih mendapatkan kembali cinta
pasangan, yang terjadi malah pasangan membela kubu lain.
Jika dalam evaluasi ini menemui
jalan buntu, maka boleh melibatkan orang lain yang dianggap mampu memberi
solusi. Kalaupun ada dari pihak keluarga, pastikan tidak bersikap objektif.
Berpikir
Matang dalam Mengambil Keputusan
Tidak ada luka yang mudah sembuh,
apalagi luka hati. Pasti ada yang tersisa dari setiap peristiwa yang
menyakitkan, terlebih dari pasangan yang selama ini dianggap adalah belahan
jiwa. Tapi hanya fokus pada luka hati pun tidak akan menyelesaikan masalah. Ada
banyak pihak yang akan terdampak jika kurang bijak dalam mengambil keputusan.
Bila dalam masa pengambilan
keputusan butuh penenangan diri, maka dalam agama pun diizinkan untuk ‘pisah
ranjang’, tanpa pisah rumah. Ikhtiarkan sebaik mungkin dengan melibatkan Allah
dalam pengambilan keputusan, karena Allah lebih tahu apa yang akan terjadi ke
depannya.
Pertimbangkan masak-masak tentang
anak, keluarga besar, finansial, status, rencana masa depan dan hal lain yang
menjadi ancaman jika perpisahan harus terjadi. Meski, jangan jadikan perpisahan
sebagai salah satu jalan keluar, kecuali ada pelanggaran syar’i yang terjadi
dan tidak bisa ditolerir.
Tidak
ada hal mudah dari setiap ujian, berlikunya jalan harus dilalui agar diberi
kemenangan kehidupan. Perselingkuhan adalah termasuk ujian besar dalam
pernikahan. Banyak pasangan yang mampu bertahan dalam kesulitan ekonomi, banyak
anak, tidak akur dengan mertua, tapi menyerah pada pengkhianatan. Karena dalam
kisah perselingkuhan ada harga diri yang hancur, kepercayaan yang luntur,
kemaksiatan yang berbaur dan hilangnya cinta yang awalnya bertabur.
Pegang
teguh janji pernikahan, syukuri semua pemberian Allah, bersabar terhadap kelebihan
dan kekurangan pasangan, bangun komunikasi yang lebih baik dengan pasangan, fokus
terus berbuat baik kepada orang-orang di sekitar dan yang paling utama tentu
menjaga kedekatan hubungan dengan Allah. Setiap upaya, harus terus kita lakukan
dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Jangan lupa saling memaafkan dan mendoakan
agar dikuatkan. Semangat!
Posting Komentar
Posting Komentar